Dolar AS Menguat Tajam

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Dolar AS Menguat Tajam

Husen Miftahudin • 3 October 2024 10:04

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) mencapai titik tertinggi dalam tiga minggu terhadap euro pada perdagangan Rabu waktu setempat (Kamis WIB), setelah laporan ketenagakerjaan nasional (ADP) menunjukkan gaji swasta AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada September, menjelang data pekerjaan yang dinantikan pada Jumat.

Mengutip data Yahoo Finance, Kamis, 3 Oktober 2024, indeks dolar naik 0,42 persen menjadi 101,68, tertinggi sejak 11 September dan euro turun 0,27 persen menjadi USD1,1037, terendah sejak tanggal yang sama.

Mata uang tunggal tersebut melemah karena meningkatnya ekspektasi Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga akhir bulan ini karena inflasi mereda. Inflasi zona euro kemungkinan besar akan kembali ke target dua persen ECB, kata anggota dewan ECB Isabel Schnabel, yang mencabut peringatannya yang sudah lama tentang kesulitan mengendalikan pertumbuhan harga.


(Ilustrasi dolar AS. Foto: MI)

Para pedagang juga mencermati ketegangan geopolitik sehari setelah Israel diserang Iran dalam serangan yang menimbulkan kekhawatiran Timur Tengah penghasil minyak dapat dilanda konflik yang lebih luas.

Gaji swasta meningkat sebesar 143 ribu pekerjaan bulan lalu setelah naik sebesar 103 ribu pada Agustus, Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan. Para ekonom telah memperkirakan penambahan 120 ribu pekerjaan.

Laporan penggajian nonpertanian pemerintah untuk September pada Jumat diperkirakan akan menunjukkan pengusaha menambah 140 ribu pekerjaan selama bulan tersebut, sementara tingkat pengangguran tetap stabil di 4,2 persen, menurut ekonom yang disurvei Reuters.
 
Baca juga: Rupiah Anjlok Menjadi Rp15.268/USD

Menanti besaran pemangkasan suku bunga Fed


Data ekonomi yang membaik dan komentar yang lebih agresif dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Senin telah mendorong dolar dan menyebabkan para pedagang mengurangi taruhan bank sentral AS akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin lagi saat bertemu bulan depan.

Pedagang sekarang memperkirakan probabilitas 35 persen dari pemotongan 50 basis poin pada pertemuan Fed 6-7 November, turun dari 57 persen seminggu yang lalu, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan pemotongan 50 basis poin bulan lalu merupakan pengakuan suku bunga kebijakannya tidak sinkron dengan kondisi ekonomi, tetapi tidak boleh dianggap sebagai tanda pertempuran melawan inflasi telah berakhir.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)