Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Tri.
Jakarta: Mata uang rupiah menguat pada pembukaan perdagangan hari ini. Rupiah naik setelah The Fed mengatakan suku bunga akan kemungkinan turun ketimbang naik.
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat 108 poin atau 0,67 persen menjadi Rp16.077 per USD dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.185 per USD.
Rupiah menguat setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada pasar pada minggu ini langkah bank sentral selanjutnya dalam suku bunga kemungkinan akan turun, dan tidak naik seperti yang diperkirakan beberapa orang ditakuti.
“Pidato Fed baru-baru ini mengakui kurangnya kemajuan dalam inflasi dan keinginan untuk mempertahankan tingkat suku bunga kebijakan saat ini lebih lama. Meskipun demikian, tampak jelas bahwa Komite tetap bias untuk menurunkan suku bunga, namun pelonggaran kebijakan apa pun akan ditentukan oleh seberapa inflasi akan berkembang dalam beberapa bulan ke depan,” kata Kepala Strategi Pasar APAC di J.P. Morgan Asset Management Tai Hui dikutip dari
Channel News Asia, Jumat, 3 Mei 2024.
Dia sekarang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga 1 hingga 2 kali pada tahun ini, dengan risiko yang condong ke penurunan yang lebih sedikit.
Kecenderungan The Fed
The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir pertemuan kebijakan moneter dua harinya, seperti yang diharapkan, dan mengisyaratkan pihaknya masih cenderung pada penurunan suku bunga, meskipun hal tersebut mungkin memerlukan waktu lebih lama dari perkiraan semula. Para pedagang sekarang menantikan data nonfarm payrolls AS yang akan dirilis pada hari Jumat untuk memandu pergerakan dolar AS.
The Fed gagal menerapkan sikap hawkish secara tegas dengan mempertahankan suku bunga. Hal ini membuat imbal hasil treasury mungkin akan sulit mempertahankan tren kenaikannya. Hasil ini dapat menghilangkan katalis bullish utama dolar AS, terutama jika data ekonomi mulai melemah secara signifikan.
Di sisi lain, pertumbuhan lapangan kerja yang lebih tinggi dari perkiraan mungkin memaksa pasar untuk memperhitungkan skenario suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, sebuah hasil yang bullish untuk greenback.