Dewan Redaksi Media Group, Gaudensius Suhardi. Foto: Media Indonesia/Ebet.
Media Indonesia • 3 November 2025 06:36
Keutamaan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa ialah bicara apa adanya. Kata-kata yang diucapkannya bagai mantra yang memiliki magi, atau daya magis, untuk membius nalar.
Ia mengaku dirinya tidak tertarik untuk terjun ke dunia politik. Pengakuan itu ia sampaikan saat menjawab pertanyaan wartawan. Namun, sejatinya Purbaya, dalam jabatannya, telah menjalankan politik pemerintahan di bidang anggaran.
Bisa dipahami jika saat ini Purbaya belum tertarik untuk bergabung dengan partai politik. Itu pilihan yang mesti dihormati. “Saya enggak tertarik politik. Saya mau kerja aja.”
Mantan
Presiden BJ Habibie pada masa mudanya tidak tertarik dengan politik. Dia lebih tertarik untuk meningkatkan kualitas kehidupannya dan keluarga ketimbang mengurus persoalan politik. Pada akhirnya Habibie terjun ke politik.
Wapres
Gibran Rakabuming Raka pada mulanya juga mengaku tidak tertarik dengan politik. “Saya itu enggak pernah berpolitik dan tidak menjadi tim sukses,” kata Gibran saat mengisi kuliah umum mahasiswa baru di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang pada 3 September 2018.
Sebelum itu, 11 Maret 2018, dalam sebuah acara di Cikini, Jakarta Pusat, Gibran blakblakan hanya tertarik menjadi pebisnis, tidak tertarik dengan politik. “Jadi politikus banyak uangnya kalau korupsi.”
Selang setahun kemudian, tepatnya pada 23 September 2019, Gibran mendaftarkan diri menjadi anggota
PDIP meski pada 4 Desember 2024 ia dipecat dari PDIP. Setelah terdaftar di PDIP, Gibran menjadi Wali Kota Surakarta kemudian menjadi wapres.
Semua orang bisa berubah. Purbaya pun bisa berubah jika pada waktu yang tepat ia menjadi anggota partai politik. Toh, partai politik didirikan untuk mewujudkan cita-cita nasional.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Dok. Biro KLI Kemenkeu.
Purbaya sudah punya modal untuk terjun ke dunia politik. Modal itu, antara lain, hasil survei menyebut dirinya sebagai menteri terbaik saat ini. Karena itulah, ada partai politik yang kepincut dengan sosok itu.
Tidak sampai di situ. Survei yang dilakukan Index Politica Indonesia mencatat Purbaya punya peluang masuk bursa calon wakil presiden dan calon presiden 2029.
Hasil survei bursa cawapres, elektabilitas Purbaya mencapai 28,65%. Ia mengungguli Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (20,15%) dan Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan
Agus Harimurti Yudhoyono (15,75%). Dalam kategori capres, ia berada di posisi kedua setelah Prabowo.
Kemunculan nama Purbaya dalam survei itu tentu saja mengejutkan karena ia baru seumur jagung menjadi menteri. Purbaya dilantik pada 8 September 2025. Ia menggantikan Sri Mulyani Indrawati yang dinobatkan sebagai menteri terbaik di dunia pada 2018.
Publik sah-sah saja untuk berharap agar Purbaya tetap menjadi dirinya sendiri, tidak tergoda oleh angka-angka survei. Sekali tergoda, autentisitasnya pudar seketika.
Sudah banyak contoh menteri yang kehilangan fokus karena masuk percobaan ambisi politik. Ada yang tiba-tiba mengidentifikasi diri sebagai anggota organisasi massa, ada pula yang sibuk mencari-cari jabatan di organisasi olahraga.
Sudah saatnya Purbaya tegak lurus pada ikhtiarnya untuk menjadikan kementerian yang dipimpinnya dipercaya rakyat. Tanpa kepercayaan, sehebat apa pun kebijakan yang diambil tidak akan berhasil.
Kepercayaan itu tidak selamanya didapat hanya dengan mengumbar mantra kata-kata. Kebanyakan diumbar, kata-kata akan kehilangan daya magisnya.
Mantra kata memang memukau sesaat, tetapi magi perbuatanlah yang meneguhkan kepercayaan. Andai Purbaya berhasil mewujudkan pertumbuhan ekonomi 8% tanpa neko-neko, publik akan tetap meliriknya. Dilirik bukan karena mantra kata, melainkan karena daya magis kinerja.