Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 10 June 2025 15:13
Nice: Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam keras blokade Israel terhadap Jalur Gaza dan menyebutnya sebagai sebuah “skandal.” Ia menyerukan gencatan senjata segera serta pembukaan koridor kemanusiaan yang telah diblokir selama lebih dari tiga bulan.
Pernyataan itu disampaikan Macron pada Senin kemarin di sela-sela Konferensi Laut PBB di kota Nice, Prancis selatan.
“Ini adalah skandal yang sedang terjadi di Gaza. Apa yang berlangsung sejak awal Maret sungguh memalukan,” ujar Macron.
“
Kami menyerukan gencatan senjata sesegera mungkin, pembebasan para sandera, dan pengakhiran blokade kemanusiaan,” sambung dia, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa, 10 Juni 2025.
Insiden Kapal Madleen
Macron juga menyinggung insiden penahanan kapal bantuan Madleen oleh otoritas Israel. Kapal sipil tersebut membawa 12 relawan internasional, termasuk aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis-Palestina Rima Hassan, serta beberapa warga negara Prancis lainnya.
Madleen berangkat dari Sisilia, Italia, pada 1 Juni sebagai bagian dari Freedom Flotilla Coalition untuk menembus blokade dan mengirim bantuan ke Gaza. Kapal itu membawa berbagai bantuan penting, termasuk susu bayi, beras, pembalut wanita, peralatan medis, dan alat prostetik untuk anak-anak.
“Kami telah bersikap waspada terhadap keselamatan warga kami di kapal tersebut,” kata Macron.
“Pesan-pesan telah kami sampaikan agar perlindungan konsuler diberikan dan mereka dapat segera kembali ke Prancis,” lanjutnya.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noël Barrot dalam pernyataannya menegaskan bahwa pemerintah Prancis telah menjalin komunikasi dengan otoritas Israel sejak awal keberangkatan kapal tersebut, dan telah memperingatkan para aktivis soal potensi risiko.
“Sejak kami mengetahui rencana mereka, kami tetap menjalin kontak dengan otoritas Israel. Kami juga telah meminta akses langsung ke para aktivis saat mereka tiba di wilayah Israel untuk memberikan bantuan konsuler dan memfasilitasi pemulangan mereka,” ujar Barrot.
Sejak awal Maret, Israel menutup semua jalur masuk ke Gaza, memicu krisis kemanusiaan yang parah di wilayah berpenduduk 2,4 juta jiwa itu. Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional telah memperingatkan bahwa blokade tersebut dapat menyebabkan kelaparan massal di Gaza.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait serangan terhadap warga sipil di Gaza. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Israel Bersiap Deportasi Aktivis Kapal Bantuan Gaza, Termasuk Greta Thunberg