Asap dari pertempuran antara militer Sudan dan RSF. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 28 April 2025 20:35
Omdurman: Sedikitnya 31 warga sipil, termasuk anak-anak, dieksekusi oleh pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) di kota kembar Khartoum, Omdurman, Sudan, demikian laporan jaringan medis Sudan pada Minggu, 27 April.
Dalam pernyataan resminya, Sudan Doctors Network menyebutkan bahwa korban tewas terjadi di kawasan Al-Salha dan menggambarkan insiden tersebut sebagai "pembantaian massal terbesar yang terdokumentasi di wilayah itu."
Menurut jaringan tersebut, para korban dituduh memiliki keterkaitan dengan tentara nasional Sudan. Aktivis di media sosial membagikan video yang menunjukkan individu berseragam RSF menembaki sekelompok orang di lingkungan Al-Salha.
Sudan Doctors Network mengutuk tindakan tersebut sebagai "kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan" dan mendesak komunitas internasional untuk segera bertindak, termasuk membuka jalur evakuasi aman bagi warga sipil yang masih terjebak.
Pihak RSF belum memberikan komentar terkait laporan tersebut.
Melansir dari Yeni ?afak, Senin, 28 April 2025, RSF berperang melawan angkatan bersenjata Sudan dalam upaya merebut kekuasaan sejak 2023, menyebabkan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan otoritas lokal, lebih dari 20.000 orang telah tewas, dan sekitar 15 juta orang terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Namun, riset terbaru dari para akademisi Amerika Serikat memperkirakan angka korban jiwa jauh lebih tinggi, mencapai sekitar 130.000 orang.
Konflik ini tidak hanya menyebabkan kehancuran masif di kota-kota besar seperti Khartoum dan Omdurman, tetapi juga memperburuk kelaparan dan kekurangan layanan kesehatan di seluruh Sudan. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Sekjen PBB Serukan Penghentian Aliran Senjata dan Militan ke Sudan