Profil Saleh Aljafarawi, Influencer Terkenal Palestina yang Tewas dalam Bentrokan Gaza

Saleh Aljafarawi. (X via Al-Jazeera Arab)

Profil Saleh Aljafarawi, Influencer Terkenal Palestina yang Tewas dalam Bentrokan Gaza

Riza Aslam Khaeron • 14 October 2025 14:27

Jakarta: Pada Sabtu, 12 Oktober 2025, dunia kehilangan salah satu suara paling vokal dari Gaza. Saleh Aljafarawi, yang lebih dikenal dengan julukan "Mr. Fafo" oleh masyarakat Israel, ditemukan tewas ditembak di kawasan Sabra, selatan Kota Gaza.

Menurut laporan dari sumber lokal, Aljafarawi diculik oleh kelompok bersenjata dan kemudian dieksekusi dengan tujuh tembakan. Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah diumumkannya gencatan senjata di wilayah tersebut.

Kematian Aljafarawi mengejutkan komunitas jurnalis dan aktivis kemanusiaan internasional, sebab selama bertahun-tahun ia dikenal sebagai salah satu dokumentator paling berani dalam mengungkap kejahatan perang di Jalur Gaza.

Lantas siapa sebenarnya Saleh Aljafarawi? Berikut profilnya.
 

Latar Belakang dan Pendidikan

Saleh 'Amir Aljafarawi lahir pada 22 November 1998 di Jalur Gaza. Sejak kecil ia dikenal sebagai penghafal Al-Qur'an dan memiliki suara merdu dalam melantunkan ayat suci serta nasyid. Salah satu karya yang dikenal luas adalah lagu perjuangan berjudul "Qawiyya Ya Ghazza".

Ia menempuh pendidikan di Fakultas Sastra, Jurusan Jurnalistik dan Komunikasi, Universitas Islam Gaza (IUG), dan lulus pada tahun 2019. Selain berkutat di dunia media, Aljafarawi juga aktif di olahraga tenis meja dan sempat mewakili Palestina dalam kejuaraan dunia di Qatar pada 4 Februari 2023.
 

Karier Jurnalistik dan Aktivisme

Nama Aljafarawi pertama kali dikenal publik saat meliput langsung "Great March of Return" pada tahun 2018. Ia bekerja sebagai jurnalis lepas dan fotografer lapangan untuk berbagai media lokal di Gaza. Keberaniannya dalam mendokumentasikan konflik menjadikannya salah satu figur utama dalam pelaporan visual dari jalur Gaza.

Sejak awal agresi militer Israel tahun 2023, ia terus bertahan di lapangan, mendokumentasikan kehancuran, korban sipil, dan situasi rumah sakit. Karyanya dibagikan secara luas melalui akun Instagram yang sempat mencapai lebih dari 10 juta pengikut. Popularitas inilah yang menjadikannya target, hingga akun utamanya diblokir dan aksesnya ke media sosial dibatasi secara berkala.

Di luar profesinya sebagai jurnalis, Aljafarawi aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan. Ia terlibat dalam distribusi bantuan untuk pengungsi serta menginisiasi penggalangan dana untuk pembangunan rumah sakit anak-anak di Gaza yang berhasil mengumpulkan hingga 10 juta dolar dalam waktu singkat.

Pada Idul Adha 2025, ia juga memfasilitasi penyembelihan hewan kurban dalam jumlah besar di tengah situasi perang.
 

Tekanan dan Ancaman dari Israel

Ketenaran Aljafarawi di media sosial dan keberaniannya meliput langsung konflik di Gaza menjadikannya musuh utama dalam narasi Israel. Pemerintah Israel secara terbuka melabelinya sebagai "propagandis Hamas" dan menuduhnya memanipulasi fakta melalui rekayasa video yang disebut sebagai "Pallywood".

Julukan sindiran "Mr. FAFO" (singkatan dari "F**k Around and Find Out") melekat pada dirinya di ruang daring Israel.

Salah satu momen yang paling memicu kontroversi adalah saat serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Di hari itu, Aljafarawi membagikan video dirinya dengan senyum lebar di tengah sorakan atas roket yang diluncurkan ke arah Israel.

Beberapa hari setelahnya, ia kembali muncul dalam unggahan menangis di rumah sakit saat melihat korban sipil akibat serangan balasan Israel. Kontras emosi inilah yang kemudian dijadikan bahan olok-olok di ruang daring Israel, dan memperkuat pelabelan dirinya sebagai simbol "kemunafikan" oleh media-media pro-Israel.

Akun Instagram miliknya sempat mencapai lebih dari 10 juta pengikut, menjadikannya salah satu tokoh Palestina paling berpengaruh secara digital. Popularitas ini membuatnya masuk dalam daftar merah Israel (nashrah hamra')—sebuah sinyal bahwa dirinya menjadi target yang sah untuk disingkirkan, sebagaimana nasib sejumlah jurnalis Al Jazeera sebelumnya.

Aljafarawi kemudian menunjukkan salinan red notice tersebut dan menulis bahwa dirinya hanyalah jurnalis independen, bukan bagian dari faksi manapun, dan menuntut perlindungan dari komunitas internasional.

Ia bersumpah tidak akan berhenti mengungkap penderitaan rakyat Palestina meskipun menghadapi ancaman nyata terhadap nyawanya.
 
Baca Juga:
Bentrokan Pecah antara Hamas dan Klan Lokal di Gaza, 27 Orang Tewas
 

Terbunuh dalam Bentrokan Gaza

Pada 12 Oktober 2025, bentrokan sengit meletus di lingkungan Sabra dan Tal al-Hawa, selatan Kota Gaza, antara pasukan keamanan Hamas dan kelompok bersenjata lokal yang oleh banyak laporan diidentifikasi sebagai klan Doghmush.

Konfrontasi bersenjata ini terjadi hanya beberapa hari setelah diumumkannya gencatan senjata antara Israel dan faksi-faksi perlawanan Palestina. Menurut berbagai sumber lokal dan regional, bentrokan dipicu oleh tuduhan perampokan dan kolaborasi dengan Israel yang diarahkan Hamas kepada unsur-unsur bersenjata dari klan tersebut.

Di tengah kekacauan baku tembak itu, Saleh Aljafarawi yang tengah mendokumentasikan dampak pascaperang di Sabra dilaporkan diculik oleh kelompok bersenjata. Keluarganya, melalui pernyataan yang dikutip sejumlah media, mengonfirmasi bahwa Saleh sempat dinyatakan hilang sebelum akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa.

Ia tewas akibat tujuh luka tembak, termasuk satu tembakan di kepala—eksekusi bergaya militer yang diduga dilakukan oleh milisi klan anti-Hamas. Jenazahnya ditemukan tak lama kemudian tidak jauh dari lokasi kontak senjata.

Sejumlah laporan menyebut pelaku berasal dari faksi internal Gaza yang terlibat dalam konflik bersenjata melawan Hamas. Sementara itu, laporan lain secara spesifik menuduh keterlibatan keluarga Doghmush—klan berpengaruh yang telah lama dicurigai memiliki struktur bersenjata independen dan kerap bersitegang dengan otoritas de facto Gaza.

Hingga kini, Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kematian Aljafarawi. Namun, berita tentang tewasnya jurnalis tersebut dengan cepat menyebar luas di media sosial dan memicu kecaman internasional, sekaligus kembali menyoroti bahaya besar yang dihadapi jurnalis Palestina, bahkan di luar konteks agresi militer Israel.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Willy Haryono)