Ilustrasi. Media Indonesia.
Media Indonesia • 22 September 2025 06:37
PRESIDEN Prabowo Subianto dijadwalkan menyampaikan pidato dalam Sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), pada Selasa, 23 September 2025, waktu setempat. Prabowo akan menjadi presiden kelima Indonesia yang berpidato secara langsung dalam forum tersebut.
Selama pemerintahan Presiden ketujuh RI Joko Widodo, pemimpin Indonesia selalu absen hadir secara langsung pada Sidang Umum PBB di Markas PBB, New York. Jokowi pernah berpidato dalam Sidang Umum PBB pada 2020 dan 2021, tetapi saat itu hanya dilakukan secara virtual karena dunia tengah dilanda pandemi covid-19.
Karena itu, panggung Prabowo di sidang tersebut sangat dinantikan dapat menjadi momentum untuk kian menguatkan posisi Indonesia dalam kancah diplomasi internasional. Selain itu, yang tidak kalah penting, pidato Prabowo amat diharapkan bisa menjadi angin segar di tengah krisis multilateralisme yang kini melanda dunia.
Banyak yang berekspektasi pidato Prabowo akan menjadi 'kenangan dunia' atau 'memory of the world' seperti pidato Presiden Soekarno di masa lalu. Bung Karno menyampaikan pidato berjudul To Build the World Anew di Sidang Umum ke-15 PBB pada 30 September 1960 dengan menekankan isu anti-imperialisme, solidaritas antarbangsa, serta memperkenalkan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia.
Kini, 65 tahun kemudian, Presiden Prabowo yang akan berpidato di urutan ketiga pada sesi Debat Umum PBB setelah Presiden Brasil dan Presiden Amerika Serikat, diyakini bakal memberikan warna baru bagi diplomasi Indonesia sekaligus menunjukkan kepemimpinan moral Indonesia di dunia internasional. Itu menjadi sangat strategis terlebih dengan situasi geopolitik dan geoekonomi terkini yang sarat ketidakadilan.
Dengan panggung besarnya di forum diplomatik terpenting tersebut, Prabowo memiliki kesempatan besar untuk menegaskan peran Indonesia sebagai pemimpin Global South yang konsisten menyuarakan agenda reformasi tata kelola dunia. Pidato Prabowo teramat penting untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan sekadar bangsa penonton, melainkan penentu arah peradaban global menuju tatanan yang lebih adil, damai, dan manusiawi.
Tercerabutnya rasa kemanusiaan dalam politik global memang menjadi isu paling mengemuka saat ini. Agresi yang kemudian berubah menjadi genosida Israel terhadap Palestina yang dilakukan sejak Oktober 2023 hingga saat ini adalah contoh nyata betapa dunia, termasuk PBB, nyaris tak berdaya melawan keserakahan sebagian negara. Israel, demi ambisinya, rela menihilkan, bahkan memorak-porandakan nilai kemanusiaan.
Perdamaian dunia yang sesungguhnya menjadi cita-cita seluruh warga dunia, kini sedang berada di titik nadir. Itu karena kemanusiaan yang menjadi salah satu pilarnya justru terus digerogoti dan dihancurkan. Ketegangan politik global, perang antarnegara, baik militer maupun dagang, kesenjangan pertumbuhan ekonomi, dan krisis iklim yang terjadi di berbagai belahan dunia juga terus menjadi ancaman yang berpotensi semakin mengacaukan masa depan perdamaian dunia.
Prabowo memang bukan superman. Pidatonya juga bukan seperti jimat yang akan serta-merta mampu menyadarkan dunia untuk segera menghentikan segala bibit kekacauan itu. Namun, pidato di forum Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB adalah panggung besar yang jelas tidak boleh disia-siakan. Di situlah Prabowo bisa menarik atensi pemimpin dunia, sekaligus berkesempatan mengarahkan diskusi utama dalam forum tersebut dengan pesan-pesan pentingnya.
Di markas PBB itu, penting juga kiranya dalam pidatonya Prabowo menyelipkan desakan agar badan dunia itu mereformasi diri di usianya yang ke-80 tahun. Fakta tak terbantahkan saat ini bahwa PBB dengan segala tantangan global yang mereka hadapi justru kerap tersandera oleh kepentingan negara besar tertentu. Mereka seolah tak berdaya di hadapan negara-negara adikuasa.
Kita, sekali lagi, berharap momentum pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum PBB dapat betul-betul dimaksimalkan sehingga bisa menjadi salah satu tonggak sejarah politik luar negeri Indonesia. Itu juga akan menjadi kontribusi besar bangsa ini untuk membantu mewujudkan cita-cita perdamaian dunia dan keadilan global.