Pemerintah Diminta Fokus Membenahi Sektor Pendidikan dan Kesehatan

Mahasiswa ilustrasi. Foto: MI/Bary Fathahillah.

Pemerintah Diminta Fokus Membenahi Sektor Pendidikan dan Kesehatan

Arga Sumantri • 18 June 2025 15:32

Jakarta: Pengamat hukum dan politik Pieter C Zulkifli mengingatkan pemerintah agar tetap fokus membenahi sektor pendidikan dan kesehatan. Belakangan, perhatian terhadap kedua sektor ini dinilai menurun dan lebih sibuk mempertontokan retorika politik yang tanpa arah.

Ia menyatakan kebangkitan peradaban bukan mitos jika dibangun dengan visi jangka panjang dan kebijakan yang konsisten. Ketergantungan global terhadap manufaktur, teknologi, hingga lembaga pendidikan dan kesehatan menjadi buktinya.

"Bagaimana dengan Indonesia? Kita memiliki sumber daya alam melimpah, bonus demografi, dan letak geografis strategis. Namun kita belum beranjak jauh," ucap Pieter melalui keterangan tertulis, Rabu, 18 Juni 2025. 

Dia mengatakan sejarah negara-negara maju selalu dimulai dari dua pilar utama, yaitu pendidikan yang mencerdaskan dan sistem kesehatan yang merata. Tanpa keduanya, pembangunan hanya akan menghasilkan ilusi kemajuan.

Semangat reformasi di sektor pendidikan dan kesehatan, kata dia, justru dibayangi berbagai kasus memprihatinkan. Seperti perundungan dalam program pendidikan kedokteran, intoleransi di lingkungan akademik, serta diskriminasi dalam layanan kesehatan.
 

Baca juga: Daya Tampung Masih Jadi Persoalan Utama SPMB

Pieter menilai Indonesia bisa meniru apa yang dilakukan Tiongkok. Ia mengungkapkan Tiongkok tidak hanya menaklukkan dunia lewat produk murah dan infrastruktur megah, tapi membangun pengaruh melalui sektor pendidikan.

Setiap tahun, ratusan ribu mahasiswa asing belajar di universitas-universitas Tiongkok. Beasiswa ditawarkan, fasilitas ditingkatkan, dan kurikulum disesuaikan dengan standar global. 

"Apa yang mereka bangun bukan hanya lembaga, tapi jejaring alumni internasional yang secara perlahan menjadi duta budaya bagi negeri mereka. Tiongkok membentuk opini dunia, membangun pengaruh, dan memperluas bahasa mereka lewat jalur pendidikan," kata mantan Ketua Komisi III DPR itu.

Pieter menyebut laporan berbagai lembaga internasional menunjukkan bahwa Indonesia masih tertinggal dalam indikator pendidikan dan kesehatan, bahkan dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara.

Namun, menurut dia, perhatian terhadap kualitas pengajar, infrastruktur pendidikan, hingga pemerataan akses masih jauh dari harapan. Tanpa perbaikan menyeluruh, wacana tentang bonus demografi dan visi Indonesia Emas 2045 dinilai hanya akan menjadi slogan seminar, jauh dari kenyataan yang dihadapi rakyat sehari-hari.

"Memang, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. Namun, pekerjaan rumah masih sangat banyak. Akses terhadap pendidikan yang bermutu dan layanan kesehatan yang adil belum merata," kata dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)