Ilustrasi perdagangan saham di BEI. Foto: dok MI/Susanto.
Ade Hapsari Lestarini • 7 November 2025 17:31
Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sore ini melaju di zona hijau. IHSG bergerak menguat sejak pembukaan perdagangan pagi.
Berdasarkan data RTI, Jumat, 7 November 2025, IHSG sore naik 57,531 poin atau setara 0,69 persen ke posisi 8.394. IHSG sebelumnya sempat dibuka ke level 8.346. Sementara itu, IHSG juga berada di level terendah 8.332 dan tertinggi di posisi 8.398.
Adapun total volume saham yang telah diperdagangkan adalah 26,365 miliar senilai Rp15,678 triliun. Sedangkan kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp15,346 triliun dengan frekuensi sebanyak 2.013.174 kali.
Sore ini, tercatat sebanyak 288 saham bergerak menguat. Sementara itu, sebanyak 319 saham melemah dan 202 saham lainnya stagnan.
Ilustrasi perdagangan saham di BEI. Foto: dok MI/Susanto.
IHSG sempat diprediksi melemah
"IHSG hari ini diprediksi melemah dalam
range 8.200-8.350,” ujar Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih dalam kajiannya di Jakarta, dilansir
Antara.
Adapun dari dalam negeri, Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal III-2025 menguat 0,84 persen
year-on-year (yoy), setelah pada kuartal II-2025 menguat 0,90 persen (yoy).
Apabila mengacu pada jumlah unit penjualan, pada kuartal III-2025 turun 1,29 persen (yoy) meskipun lebih baik dari kuartal II-2025 yang kontraksi 3,80 persen (yoy). Mayoritas pembiayaan menggunakan skema Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 74,41 persen.
Permintaan properti residensial belum sepenuhnya pulih di tengah masa transisi pemerintahan secara historis. Kondisi ini juga diakibatkan oleh iklim suku bunga tinggi dan lemahnya daya beli.
Sementara dari mancanegara, pelaku pasar khawatir kondisi
overvalue dari perusahaan
Artificial Intelligence (AI) dan semikonduktor di Wall Street, Amerika Serikat (AS), yang memiliki pertumbuhan di bawah ekspektasi ke depan.
Sedangkan dari kawasan Asia, pelaku pasar mencermati rilis data inflasi Tiongkok pada akhir pekan. Pasalnya, pada September 2025 deflasi di tingkat konsumen sebesar 0,3 persen (yoy), sementara, di tingkat produsen deflasi juga terjadi 2,3 persen (yoy). Kondisi itu, menurut dia, berdampak negatif bagi kondisi ekonomi global termasuk menurunnya permintaan komoditas nonmigas.