Sugeng Suparwoto Dukung Penggunaan Teknologi Co-Firing di PLTU

Wakil Ketua Komisi XII DPR Sugeng Suparwoto. Foto: Metrotvnews.com/Fachri Audhia Hafiez.

Sugeng Suparwoto Dukung Penggunaan Teknologi Co-Firing di PLTU

Fachri Audhia Hafiez • 14 April 2025 21:53

Jakarta: Wakil Ketua Komisi XII DPR Sugeng Suparwoto mendukung penggunaan teknologi co-firing sebagai langkah strategis dalam menurunkan emisi dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Khususnya, batu bara.

Co-firing batu bara adalah proses pembakaran dua bahan bakar secara bersamaan di PLTU. Salah satu bahan bakar adalah batu bara dan yang lainnya adalah biomassa seperti pellet kayu, cangkang sawit, atau serbuk gergaji. 

Teknik itu digunakan untuk mengurangi penggunaan batu bara dan emisi gas rumah kaca. Co-firing adalah substitusi batu bara dengan bio massa pada rasio tertentu di PLTU.

"Co-firing salah satu cara kita menurunkan emisi dan menurunkan pembakaran fosil. Co-firing tidak saja dari ranting, bio massa tetapi bisa bahannya dari sampah, mengolah sampah menjadi energi," kata Sugeng dalam keterangannya, Senin, 14 April 2025. 

Legislator Partai NasDem itu menekankan penggunaan sampah sebagai bahan bakar alternatif tidak hanya menjadi solusi untuk masalah energi. Tetapi, juga membantu mengurangi emisi dari limbah.

"Jadi dua target sekaligus, satu mengolah sampah yang baik otomatis menekan emisi dari sampah yaitu berupa metana, karbon dioksida sekaligus menjadi energi,” ujarnya.
 

Baca juga: Legislator NasDem Minta Evakuasi Warga Gaza Hanya Bersifat Sementara

Sugeng menilai teknologi ini tetap menjanjikan meski nilai kalori dari sampah lebih rendah dibandingkan batu bara. "Memang misalnya sampah itu setelah melalui proses, kalorinya  kurang lebih 85 persen dari kalori batubara, tetapi itu juga sudah baik," ujarnya.

Komisi XII DPR mendorong penerapan co-firing secara nasional dengan target sebesar 5 persen. Angka ini setara sekitar 10 juta ton dari skala selama ini membakar batu bara.

"Khususnya untuk listrik yang dikelola oleh PLN, baik PLN langsung atau IPP (Independent Power Producer) kurang lebih 200 juta ton per tahun," kata Sugeng.

Menurut dia, dengan pencapaian target tersebut, penggunaan batu bara dapat ditekan sebesar 10 juta ton per tahun. Ini akan secara signifikan menurunkan emisi karbon dan zat berbahaya lainnya.

"Maka kalau ada co-firing 5 persen maka akan ada 10 juta ton tidak lagi dari batu bara di mana kita tahu batu bara karbon dioksida-nya sangat tinggi, sulfurnya tinggi, dan sebagainya," ungkapnya.
 
Baca juga: Andina NasDem Tegaskan Komitmen Indonesia Junjung Tinggi HAM di Forum Parlemen Dunia

Sugeng menjelaskan Komisi XII terus mengawasi penerapan teknologi ramah lingkungan di PLTU batu bara agar menggunakan konsep super critical atau ultra critical pada blower-nya.

"Sehingga karbon yang meluncur rendah bahkan nanti ada namanya carbon capture and storage," jelasnya.

Ia menyebut meski energi baru dan terbarukan akan terus dikembangkan, keberadaan PLTU batu bara masih dibutuhkan. Namun, dengan pendekatan yang lebih efisien dan beremisi rendah.

"Jadi, batu bara tetap jalan tetapi kita tekan emisinya dan berbagai pendekatan, sehingga jauh lebih efisien dari sisi emisinya," jelasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arga Sumantri)