Israel Dikabarkan Berbicara dengan Suriah untuk Bergabung dalam Abraham Accords

Mohammad bin Salman, Donald Trump, Ahmed al-Sharaa. (X/@PressSec)

Israel Dikabarkan Berbicara dengan Suriah untuk Bergabung dalam Abraham Accords

Riza Aslam Khaeron • 16 May 2025 10:57

Tel Aviv: Israel dilaporkan tengah mengadakan pembicaraan rahasia dengan pejabat-pejabat Suriah dalam beberapa hari terakhir terkait kemungkinan bergabungnya rezim baru Suriah dalam Abraham Accords.

Informasi ini dilaporkan oleh Times of Israel pada Kamis, 15 Mei 2025, sehari setelah Presiden AS Donald Trump secara langsung mengundang Presiden Sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, untuk bergabung dalam perjanjian tersebut dan menormalisasi hubungan dengan Israel.

Pembicaraan tersebut dimediasi oleh Uni Emirat Arab, menurut laporan Channel 12 News. Namun, Haaretz menyebut Qatar sebagai mediator, dan menyatakan bahwa negosiasi telah berlangsung selama beberapa bulan.

Sharaa sendiri telah mengonfirmasi bahwa pembicaraan yang bersifat keamanan tengah dilakukan melalui perantara, meskipun ia tidak memberikan komentar mengenai potensi hubungan diplomatik.

Channel 12 melaporkan bahwa salah satu pertemuan digelar di Azerbaijan, di mana Israel diwakili oleh Kepala Direktorat Operasi IDF, Mayor Jenderal Oded Basyuk. Dalam pertemuan tersebut hadir pula perwakilan dari pemerintah baru Suriah serta delegasi Turki.

Trump, dalam pertemuan langsung pertamanya dengan Sharaa di Riyadh pada Rabu, 14 Mei 2025, mendesak pemimpin Suriah tersebut untuk bergabung dalam Abraham Accords.

"Saya berkata kepada [Sharaa], saya harap Anda akan bergabung [dengan Abraham Accords] setelah semuanya beres, dan dia menjawab ya," ujar Trump kepada wartawan di dalam pesawat Air Force One, sebagaimana dikutip Times of Israel pada Kamis, 15 Mei 2025.

"Tapi mereka masih punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," tambah Trump.
 

Baca Juga:
Pengamat Sebut OKI Harus Selesaikan Kelaparan Akut di Gaza

Laporan Channel 12 menambahkan bahwa Israel memandang pencabutan sanksi terhadap Suriah oleh Trump secara positif, meskipun dengan penuh kehati-hatian. Israel tidak menutup kemungkinan akan adanya pengaruh dalam pembentukan batas utara dan hubungan masa depan antara kedua negara.

Pandangan terbaru Israel terhadap Suriah ini berbanding terbalik dengan sikap sebelumnya yang menolak interaksi konstruktif dengan Sharaa, yang pernah dicap sebagai teroris karena keterlibatannya dalam kelompok al-Qaeda lokal di Suriah.

Kini, menurut Channel 12, Israel melihat peluang bagi Suriah untuk keluar dari "poros kejahatan" yang diawasi Iran, bahkan mungkin masuk dalam pengaruh Amerika Serikat.

Washington dan negara-negara Teluk dilaporkan sedang berusaha menarik Suriah keluar dari pengaruh Iran. Iran, yang secara terbuka memusuhi Israel, telah mendukung penuh rezim Bashar al-Assad selama perang saudara di Suriah.

Di sisi lain, Turki memperluas pengaruhnya di Suriah dan mendukung kelompok pemberontak yang sehaluan dengan Sharaa selama konflik tersebut.

Sementara itu, Israel tetap melanjutkan operasi militer di Suriah pasca tergulingnya Assad. Pasukan IDF disebut masih berada di sejumlah pos terdepan dekat perbatasan dengan Dataran Tinggi Golan dan melakukan serangan udara terhadap target-target militer yang diklaim terkait dengan rezim lama.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)