Majelis Masyayikh. MI
Jakarta: Majelis Masyayikh mengukuhkan pendidikan pesantren sebagai bagian integral dari sistem pendidikan nasional. Hal itu ditandai dengan diselenggarakannya kegiatan Brainstorming Penyusunan Standar Mutu Pendidikan Pesantren jenjang Marhalah Tsaniyah (M2) dan Marhalah Tsalitsah (M3) Ma’had Aly oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
"Standar mutu M2 dan M3 bukan sekadar formalitas administratif, melainkan upaya sistematis untuk memastikan lulusan Ma’had Aly memiliki kedalaman ilmu, ketajaman metodologi, dan kesiapan berkhidmat di tengah masyarakat global yang dinamis," kata Sekretaris Majelis Masyayikh, Muhyiddin Khotib, dalam keterangannya, Sabtu, 3 Mei 2025.
Majelis Masyayikh terus melakukan langkah-langkah strategis untuk memperkuat pendidikan pesantren melalui penyusunan standar mutu lulusan, kelembagaan, kerangka dasar dan struktur kurikulum M2 dan M3 Ma’had Aly.
"Ini bagian dari tanggung jawab keulamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi,” ungkapnya.
Muhyiddin mengatakan arah utama dari penyusunan standar mutu ini adalah untuk menjaga kesinambungan dan khittah keulamaan. Rancangan standar mutu yang disusun akan mencakup standar pendidikan, standar karya ilmiah, standar pengabdian kepada masyarakat dengan tetap memenuhi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kemudian, penguatan metodologi akademik dan luaran yang sesuai dengan jenjang keilmuan.
"Penyusunan standar mutu ini bertujuan menetapkan kerangka dasar minimum yang menjamin integritas akademik, kedalaman keilmuan, dan relevansi sosial lulusan Ma’had Aly, bukan untuk menyeragamkan antar lembaga," ujarnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Suyitno menekankan pentingnya menyusun standar nasional pendidikan pesantren yang utuh. Standar mutu nasional untuk Ma’had Aly harus disusun berdasarkan karakteristik khas pesantren, tidak semata-mata mengikuti standar umum yang saat ini ada di perguruan tinggi.
Ia mengatakan Majelis Masyayikh memiliki otoritas penuh dalam penentuan standar mutu pesantren. Suyitno menegaskan pentingnya Ma’had Aly memiliki distingsi keilmuan melalui takhassus dan pusat keunggulan.
"Ma’had Aly harus mampu menjawab persoalan global dan tidak menjadi makmum terhadap perkembangan teknologi. Bukan reaktif, justru sebaliknya, responsif dan adaptif," ujar Suyitno.
Direktur Pesantren Basnang Said menggarisbawahi keunggulan khas Ma’had Aly yang tidak dimiliki oleh pendidikan tinggi umum. Keunggulan Ma’had Aly terletak pada kedalaman penguasaan kitab turats, sistem talaqqi, serta sanad keilmuan.
"Yang menjadikannya berbeda dari prodi di PTKIN atau perguruan tinggi umum," ujar Basnang.
Sementara itu, Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus, menekankan pembentukan Tim Taskforce Penyusunan Standar Mutu Ma’had Aly M2 dan M3 merupakan tindak lanjut dari arahan pimpinan dan koordinasi dengan Majelis Masyayikh agar jenjang lanjut Ma’had Aly segera diformalkan.
Regulasi yang dirumuskan bersama ini tetap berlandaskan pada kaidah dan tradisi keilmuan yang dijaga Majelis Masyayikh sebagai lembaga yang otoritatif dalam penjaminan mutu pendidikan pesantren.
"Kegiatan ini adalah bentuk awal dari kolaborasi intensif antara Kemenag RI, Majelis Masyayikh, Ma’had Aly, asosiasi, dan forum pesantren untuk memastikan keberlangsungan mutu pendidikan yang khas," tutur Mahrus.