Masyarakat Diminta Aktif Kawal Pemerintahan usai Pilkada

Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bachtiar/Antara

Masyarakat Diminta Aktif Kawal Pemerintahan usai Pilkada

M Sholahadhin Azhar • 18 October 2025 15:38

Jakarta: Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bachtiar menyebut partisipasi masyarakat dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) relatif tinggi. Namun, dia menyayangkan masyarakat kerap tak terlibat mengawal pemerintahan daerah.

Dia pun mempertanyakan soal tingginya partisipasi pilkada itu dengan partisipasi setelahnya untuk mengawal pemerintahan daerah. Hal itu perlu diteliti lebih jauh karena bisa menyangkut legitimasi terhadap pemimpin dan juga diduga berkaitan dengan politik uang.

"Setelah terpilih itu masyarakatnya masih ikut (berpartisipasi) nggak? Oh ternyata setelah saya pilih kepala daerah ini sama saja. Kalau itu timbul maka pada pilkada berikutnya masyarakatnya bisa apatis," kata Bachtiar dalam diskusi peluncuran Indeks Partisipasi Pilkada 2024 yang diselenggarakan KPU RI di Jakarta, dikutip dari Antara, Sabtu, 18 Oktober 2025.

Berdasarkan catatan Kemendagri, mayoritas masyarakat cenderung tak terlibat dengan baik dalam pengambilan kebijakan daerah. Namun, pada pilkada berikutnya, kepala daerah yang sama bisa terpilih kembali.

"Pemilihnya datang ramai-ramai ke TPS memilih kepala daerahnya, bupati, wali kota, gubernur. Lima tahun dia bekerja, masyarakatnya tidak ada hubungannya. Membuat kebijakan, tidak ada hubungannya dengan kepemilihan tadi, dan hebatnya terpilih lagi orang yang sama," kata Bachtiar.
 


Dia pun menilai bahwa tingginya angka partisipasi pemilih dalam Pilkada itu cenderung bersifat mobilisasi, ketimbang partisipasi yang berkualitas.

"Jadi, saya mendeteksi ini ada persoalan yang serius yang kita harus bicarakan dalam soal partisipasi politik termasuk dengan pemilih," katanya.

Dalam temuan sejumlah riset, menurut dia, 70 persen masyarakat Indonesia bersikap permisif terhadap politik uang.

Artinya, kata dia, orang datang ke TPS itu bukan karena kesedaran politik, tetapi karena politik uang.

Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bachtiar/Antara

Untuk itu, dia pun mendorong adanya alternatif-alternatif lain dalam sistem pemilu maupun pilkada karena fenomena partisipasi yang berkorelasi dengan politik uang itu bisa berdampak pada kualitas demokrasi.

"Saya terus terang agak serius dengan hal seperti ini. Juga jangan pula kita bebankan soal ini hanya kepada KPU atau penyelenggara pemilu," katanya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(M Sholahadhin Azhar)