Laporan Israel dan WFP Indikasikan Truk Bantuan Gaza Tak Pernah Dijarah Hamas

Truk bantuan kemanusiaan bertolak menuju Jalur Gaza. (Anadolu Agency)

Laporan Israel dan WFP Indikasikan Truk Bantuan Gaza Tak Pernah Dijarah Hamas

Willy Haryono • 28 May 2025 08:40

Gaza: Bertolak belakang dengan tuduhan yang telah lama beredar, tidak satu pun dari 110 insiden penjarahan truk bantuan di Jalur Gaza dilakukan oleh kelompok pejuang Palestina Hamas, berdasarkan laporan militer Israel yang dikutip kantor berita Channel 12 pada Selasa, 27 Mei 2025.

Temuan ini muncul dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi militer Israel yang membahas situasi terkini di Jalur Gaza.

Dalam laporan yang disampaikan dalam pertemuan, pelaku penjarahan disebut sebagai geng bersenjata dan klan lokal yang beroperasi dengan perlindungan penuh dari pasukan Israel.

Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa pasukan Israel berkali-kali menargetkan unit polisi Palestina yang berusaha mencegah aksi penjarahan.

Temuan ini sejalan dengan pernyataan Program Pangan Dunia (WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam wawancara dengan media CBS, Direktur Eksekutif WFP Cindy McCain membantah keras tuduhan bahwa Hamas menjarah bantuan kemanusiaan.

“Tidak, sama sekali tidak,” tegasnya ketika ditanya apakah Hamas telah menjarah 15 truk WFP yang masuk ke Gaza selatan.

“Ini tidak ada hubungannya dengan Hamas,” sambung McCain, seperti dilansir Days of Palestine, Rabu, 28 Mei 2025.

Menurut WFP, konvoi truk bantuan kemanusiaan ditembaki sedang menuju gudang di Deir Al-Balah. Unit polisi Palestina yang mengawal truk tersebut sempat berusaha menghalau para penjarah, namun lokasi itu kemudian dibombardir oleh delapan serangan udara berturut-turut dari jet tempur Israel, menewaskan enam polisi dan melukai 20 lainnya.

Kelaparan sebagai Senjata Perang

Otoritas lokal di Gaza menyebut serangan semacam ini mencerminkan kebijakan Israel yang lebih luas untuk mengacaukan stabilitas wilayah dengan sengaja menghalangi distribusi bantuan. Para pejabat menuding Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, tuduhan yang turut diamini oleh sejumlah organisasi hak asasi manusia.

Setelah penutupan akses perbatasan utama Gaza sejak 2 Maret lalu, Israel menghentikan pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya. Situasi ini memicu krisis kemanusiaan yang disebut pengamat sebagai yang terparah dalam sejarah Gaza.

Israel sendiri terus menuding Hamas menyabotase distribusi bantuan untuk warga sipil. Sebaliknya, Hamas membantah dan menyatakan bahwa beberapa anggotanya justru tewas saat melindungi konvoi bantuan dari penjarah yang beroperasi di bawah perlindungan Israel.

Sementara itu, laporan terbaru dari Integrated Food Security Phase Classification (IPC) memperingatkan bahwa hampir seperempat populasi Gaza diperkirakan akan mengalami tingkat kelaparan paling ekstrem (fase 5 IPC) dalam beberapa bulan mendatang.

Setelah hampir 80 hari blokade total dan tekanan internasional yang terus meningkat, Israel mengumumkan sekitar sepekan lalu bahwa mereka mengizinkan sejumlah terbatas truk bantuan masuk ke Gaza.

Namun, berbagai lembaga kemanusiaan menilai langkah tersebut masih jauh dari cukup.

“Ini hanya setetes air di lautan,” kata McCain.

“Ada 50.000 orang di Gaza yang sangat rawan pangan dan bisa jatuh ke jurang kelaparan jika kita tidak segera bertindak,” ungkapnya.

Baca juga:  Israel Bunuh Tiga Orang dan Lukai Puluhan di Pusat Distribusi Bantuan Gaza

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)