Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 11 July 2023 16:26
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah dalam beberapa hari terakhir dipukul mundur dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda tersebut pun kembali ke level Rp15.100 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 11 Juli 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.153 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik 51,5 poin atau setara 0,34 persen dari posisi Rp15.204 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan rupiah hari ini utamanya disebabkan oleh banyak pihak yang mengapresiasi langkah pemerintah dalam meredam tingkat inflasi.
Inflasi pada Agustus dan September 2023 diperkirakan akan turun di bawah tiga persen. Sementara, untuk akhir tahun ini inflasi akan berada di atas tiga persen.
"Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bank Indonesia inflasi berada di jalur melambat, membuat inflasi akan cukup rendah dan inflasi menunjukkan penurunan tajam, bahkan lebih tajam di paruh kedua tahun ini," ujar Ibrahim dalam analisis hariannya.
Dijegal El Nino
Meski demikian, lanjutnya, El Nino akan menjadi risiko dalam penanganan inflasi khususnya pada inflasi komponen bergejolak atau volatile food. Namun sejauh ini, dalam delapan hingga sembilan tahun terakhir, dampak dari peristiwa El Nino di Indonesia tidak terlalu berdampak besar terhadap inflasi.
"Jadi jika ada ancaman tersebut, pemerintah akan segera mengambil tindakan karena kenaikan suku bunga saja tidak dapat melakukan apa pun untuk peredaan inflasi akibat dampak buruk dari cuaca. Pemerintah pun sudah mendukung dengan melakukan langkah-langkah seperti impor beras, guna menjaga harga pangan," jelas dia.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan atau (yoy) sebesar 3,52 persen. Kemudian, Bank Indonesia (BI) meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 3,0 persen plus minus satu persen pada sisa 2023.
Selain itu, pemerintah melalui Menteri Keuangan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester kedua 2023 berada di kisaran 5,0 persen hingga 5,3 persen.
Sementara untuk semester pertama 2023, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar lima persen hingga 5,2 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi dan ekspor yang masih terjaga.
"Di sisi lain, laju inflasi juga terjaga dengan terkendalinya inflasi pangan dan administered price. Pada semester pertama 2023, laju inflasi tercatat sebesar 3,5 persen. Sedangkan laju inflasi pada semester kedua 2023 diprediksi berada di level 3,3 persen hingga 3,7 persen," papar Ibrahim.
Faktor eksternal
Dari sisi eksternal, Ibrahim memandang pelemahan dolar AS disebabkan karena pejabat Federal Reserve mengisyaratkan bank sentral mendekati akhir siklus pengetatannya, meskipun diperdagangkan dalam kisaran ketat menjelang laporan inflasi utama AS.
Beberapa pejabat Fed mengatakan pada hari Senin bahwa bank sentral kemungkinan akan perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menurunkan inflasi tetapi akhir dari siklus pengetatan kebijakan moneter saat ini semakin dekat.
"Pasar sekarang memusatkan perhatian mereka pada data inflasi AS, yang akan memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan yang telah dibuat Fed dalam perjuangannya melawan harga konsumen yang sangat tinggi," tuturnya.
Sebuah survei dari Federal Reserve New York menunjukkan memudarnya ekspektasi inflasi jangka pendek di antara orang Amerika, yang mengatakan bulan lalu mereka mengharapkan kenaikan inflasi jangka pendek terlemah hanya dalam waktu dua tahun.
Di sisi lain, data juga menunjukkan Tiongkok berada di ambang deflasi konsumen, di tengah kondisi ekonomi yang memburuk di negara tersebut. Namun hal ini juga meningkatkan ekspektasi bahwa pemerintah akan meluncurkan lebih banyak langkah pengeluaran darurat untuk menopang pertumbuhan.
"People's Bank of China memperpanjang dukungan keuangan untuk sektor real estat yang sedang berjuang hingga akhir 2024, karena bergerak untuk mendukung mesin ekonomi terbesar negara itu," papar Ibrahim.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok depan akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.130 per USD hingga Rp15.220 per USD," tutup Ibrahim.