Mata uang rupiah. Foto : MI.
Husen Miftahudin • 3 October 2023 17:34
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Mata uang Garuda tersebut pun terus-terusan merosot di tengah sentimen kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 3 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.580 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 50 poin atau setara 0,32 persen dari posisi Rp15.530 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan kedigdayaan dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam 11 bulan terakhir.
"Hal itu terjadi setelah data ekonomi AS yang kuat mendukung pandangan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Dijelaskan lebih lanjut, industri manufaktur AS mengambil langkah lebih jauh menuju pemulihan pada September karena produksi meningkat dan lapangan kerja pulih, menurut survei yang juga menunjukkan harga input yang dibayarkan oleh pabrik turun drastis.
Sejumlah data ekonomi AS yang kuat selama beberapa pekan terakhir telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk jangka waktu yang lebih lama, dan beberapa pembuat kebijakan memperingatkan risiko pengetatan lebih lanjut jika inflasi tidak terus melambat seperti yang diperkirakan.
Imbal hasil Treasury AS juga memberi dorongan pada dolar, melonjak karena rilis data yang optimis, serta kesepakatan di menit-menit terakhir yang mencegah penutupan pemerintah.
"Selain itu, survei PMI zona euro menunjukkan pada Senin permintaan terus menyusut dengan kecepatan yang jarang dilampaui sejak data pertama kali dikumpulkan pada 1997," papar dia.
Prospek pesimis perekonomian ASEAN
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah hari ini sejalan dengan berakhirnya periode pemulihan pascapandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), lemahnya sektor semikonduktor, dan permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia.
"Namun, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir Indonesia masih cukup menjanjikan," tutur dia.
Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal ketiga 2023 meskipun
pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik. Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1 persen di tahun ini, konsisten dengan tren historis pertumbuhan sebelumnya.
Setelah itu, sebut dia, perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7 persen dapat terjadi di tahun depan jika meninjau adanya hambatan eksternal, yaitu dampak pengetatan moneter yang masih berlanjut.
Pertumbuhan yang lebih lambat di kuartal III-2023 diperkirakan terjadi karena beberapa alasan. Didasari pada pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi yang melambat, sehingga menyebabkan perkiraan pertumbuhan konsensus diturunkan dengan cepat.
Baca juga: Analisis Pergerakan Rupiah Hari Ini dan Prediksi Perdagangan Besok
Pertumbuhan sektor ekspor
Ibrahim menilai, hambatan utama terhadap pertumbuhan adalah sektor ekspor yang merosot turun pada tahun lalu dan masih dalam tren penurunan yang serius. Sebagian besar perlambatan ini disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.
"Sementara komposisi permintaan eksternal diperkirakan akan mulai normal pada paruh kedua tahun ini, permintaan secara keseluruhan cenderung cukup baik," jelas dia.
Indonesia saat ini memiliki salah satu suku bunga riil tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pengetatan moneter yang masih berlanjut diharapkan akan memberikan tekanan lebih lanjut dalam beberapa kuartal mendatang.
Dampaknya tidak hanya akan terasa pada investasi, terutama di sektor konstruksi, tetapi juga pada pinjaman rumah tangga, yang dapat berdampak pada konsumsi swasta.
"Ini adalah tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil," kata Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.570 per USD hingga Rp15.630 per USD," tutup Ibrahim.