Polisi Israel Geledah Rumah Menteri Sekutu Netanyahu dalam Kasus Korupsi

Tel Aviv: Polisi Israel pada Senin menggeledah rumah serta kantor Menteri Kesetaraan Sosial May Golan, sekutu dekat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam rangka penyelidikan kasus dugaan korupsi dan narkoba, menurut laporan media setempat.

Harian Haaretz memberitakan, “Polisi menggeledah kantor Menteri Kesetaraan Sosial May Golan pada Senin untuk memanggilnya menjalani pemeriksaan terkait dugaan perekrutan fiktif dan penyalahgunaan dana publik untuk kepentingan pribadi melalui yayasan nonprofit.”

Golan, yang merupakan anggota Partai Likud pimpinan Netanyahu, bersedia hadir untuk diperiksa pada hari yang sama. Dalam operasi tersebut, polisi juga menangkap seorang pengacara yang dekat dengan Golan dan mengajukan perpanjangan masa tahanan setelah pemeriksaan.

Selain itu, polisi menemukan “laboratorium narkoba di rumah salah satu rekan dekat Golan,” tulis Haaretz. Beberapa tersangka ditahan, termasuk seorang ajudan dekat Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir yang memimpin sebuah lembaga nonprofit yang tidak disebutkan namanya.

Dikutip dari Yeni Safak, Selasa, 16 September 2025, penyelidikan terhadap Golan dipicu oleh laporan media yang menuduh dirinya menyalahgunakan dana dari sebuah yayasan yang ia dirikan, serta melakukan perlakuan tidak semestinya terhadap staf kantornya.

Menurut laporan media Israel, yayasan bernama The Hebrew City yang didirikan Golan untuk menentang keberadaan pencari suaka di kawasan selatan Tel Aviv, menerima “dana sumbangan besar yang tidak pernah digunakan sesuai tujuan semula.”

“Rekan-rekan dekat Golan juga mengatur posisi pekerjaan pemerintah bagi kerabat mereka,” lanjut laporan itu.

Golan menolak tuduhan tersebut. Ia menyebut tuduhan itu “palsu” dan menegaskan rekaman yang menyeret namanya merupakan hasil buatan kecerdasan buatan (AI).

Penggeledahan ini berlangsung di tengah proses peradilan yang juga menjerat Netanyahu. Perdana Menteri Israel itu menghadapi sejumlah dakwaan korupsi sejak awal 2025, termasuk dugaan menerima hadiah mewah dari pengusaha kaya sebagai imbalan jasa, serta negosiasi dengan penerbit Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes, demi pemberitaan yang lebih menguntungkan.