Ketua Departemen Perbankan Aftech, Dedy Sahat. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 14 November 2025 17:10
Jakarta: Sinergi antara perbankan dan fintech diyakini akan memperluas akses kredit nasional. Dengan rasio kredit terhadap PDB yang relatif stagnan di level 30 persen selama satu dekade terakhir, Aftech memandang kolaborasi kedua sektor yang lebih terarah merupakan kunci untuk menjawab kebutuhan pembiayaan.
Ketua Departemen Perbankan Aftech, Dedy Sahat menyebut ruang untuk memperluas akses kredit di Indonesia masih sangat besar. Dari survei Aftech bersama Mandala Consulting menunjukkan masih terdapat 4,5 persen populasi tidak memiliki akun bank (unbanked), dan 36 persen yang tidak memiliki akses kredit (underbanked).
“Ini adalah tantangan yang tidak bisa langsung dijawab dengan satu solusi saja. Bank tetap memegang peran penting, namun sektor digital juga muncul sebagai solusi, seperti pemberian akses kredit melalui perusahaan fintech seperti platform pinjaman daring (pindar),” ujar Dedy dalam keterangan tertulis, Jumat, 14 November 2025.
Aftech menjembatani kolaborasi lintas sektor untuk memenuhi dan memperluas kebutuhan akan akses keuangan digital tersebut. Dedy menekankan forum diskusi Aftech dan Perbanas merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam perayaan Bulan Fintech Nasional (BFN) untuk perspektif, dan mendorong terciptanya inovasi yang lebih inklusif.

(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Sekretaris Jenderal Perbanas Anika Faisal mengungkapkan, peningkatan rasio kredit nasional hanya dapat dicapai melalui penguatan intermediasi dan kolaborasi antar pelaku industri jasa keuangan. Menurutnya, sinergi perbankan dan fintech menjadi penting untuk memperluas jangkauan kredit, khususnya ke luar Jawa dan sektor-sektor prioritas.
“Adanya simbiosis antara kedua sektor ini mampu meningkatkan jangkauan pelayanan sekaligus memperluas pilihan produk kredit bagi berbagai segmen masyarakat. Namun mengingat masih adanya sejumlah tantangan, kolaborasi ini harus diimbangi dengan regulasi perlindungan konsumen yang kuat,” ungkap Anika.
Ketua Departemen P2P Lending Aftech Nucky Poedjiardjo mengatakan, kemitraan perbankan dan platform pindar terus menunjukkan perkembangan yang signifikan. Meningkatnya kebutuhan kredit masyarakat ditambah keunggulan pindar dalam menjangkau segmen yang belum terlayani mendorong kerja sama kedua sektor.
Kontribusi pendanaan perbankan terhadap industri pindar terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Berdasarkan catatan OJK, outstanding pendanaan dari lender perbankan per Juli 2025 meningkat 40,09 persen secara tahunan (yoy), mencapai Rp54,10 triliun atau sekitar 63,9 persen dari total pendanaan industri.
Namun tantangan utama saat ini bukan hanya pada perluasan pendanaan, tetapi bagaimana bank yang ingin melakukan diversifikasi portofolio dapat menemukan platform yang memiliki rekam jejak kepatuhan yang kuat, serta bagaimana pindar dapat membangun kemitraan jangka panjang dengan pemberi dana (lender) institusional.
“Perkembangan ini menunjukkan kepercayaan bank terhadap pindar terus meningkat, terutama terhadap platform dengan tata kelola dan riwayat kepatuhan yang baik. Keberlanjutan kolaborasi antara perbankan dan platform pindar memerlukan keselarasan kebutuhan dan ekspektasi dari kedua belah pihak,” kata Nucky.