Rupiah Menguat Tipis Pagi Ini

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Rupiah Menguat Tipis Pagi Ini

Husen Miftahudin • 24 October 2025 09:33

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami penguatan, setelah ambruk cukup dalam pada penutupan perdagangan kemarin.

Mengutip data Bloomberg, Jumat, 24 Oktober 2025, rupiah hingga pukul 09.26 WIB berada di level Rp16.625 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat tipis empat poin atau setara 0,02 persen dari Rp16.629 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.640 per USD. Mata uang Garuda tersebut masih melemah sebanyak 25 poin atau setara 0,15 persen dari Rp16.615 per USD.

Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan kembali melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.620 per USD hingga Rp16.680 per USD," jelas Ibrahim.
 

Baca juga: Tak Sanggup Lawan Keperkasaan Dolar AS, Rupiah Nyungsep ke Rp16.629/USD
 

Ketegangan geopolitik meningkat


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen ketegangan geopolitik yang semakin meningkat. Ini karena AS menyatakan kesiapannya untuk mengambil tindakan lebih lanjut seiring mendesak Moskow untuk segera menyetujui gencatan senjata dalam perangnya di Ukraina. 

Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk membatasi berbagai ekspor berbasis perangkat lunak ke Tiongkok sebagai balasan atas pembatasan ekspor tanah jarang terbaru yang diberlakukan Beijing.

"Kemudian, penutupan Pemerintah AS memasuki hari ke-22, menandai hari terpanjang kedua dalam sejarah, dengan negosiasi antara Gedung Putih dan Kongres masih menemui jalan buntu. Presiden Trump menegaskan kembali Partai Republik 'tidak akan diperas' karena diskusi mengenai kesepakatan pendanaan masih mandek," tutur Ibrahim.

Sementara itu, pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis point oleh The Fed sebagai sesuatu yang hampir pasti pada pertemuan kebijakan moneternya pada 29-30 Oktober, meskipun data inflasi masih dapat memengaruhi ekspektasi terhadap arah kebijakan The Fed ke depannya.

"Data ekonomi AS minggu ini cukup ringan, dengan fokus pada Indeks Harga Konsumen (IHK) hari dan pembacaan awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P untuk Oktober yang akan dirilis Jumat," jelas dia.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

BI andalkan cadangan devisa


Di sisi lain, Ibrahim mengatakan pasar merespons negatif terhadap pernyataan Bank Indonesia (BI) terkait aliran modal asing yang terus keluar dari Indonesia sehingga membuat bank sentral terus mengandalkan cadangan devisa (cadev).

"Sebab, tekanan terhadap aliran modal asing itu turut mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," terang dia.

Dimulai sejak September 2025 hingga 20 Oktober 2025, investasi portofolio tercatat net outflows sebesar USD5,26 miliar yang mengharuskan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah.

Kondisi tekanan aliran modal asing itulah yang pada akhirnya membuat cadangan devisa Indonesia terus mengalami penurunan saat ini. Diketahui, posisi cadev Indonesia sempat ke level USD157 miliar pada Maret 2025, namun ambles ke level USD149 miliar per September 2025.

"Hal ini terjadi karena outflow yang terlalu besar akibat adanya pembayaran untuk dividen, repatriasi, dan juga untuk pinjaman, sehingga BI harus menggunakan dana  cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar baik pasar DNDF maupun pasar NDF tujuannya untuk menstabilkan mata uang rupiah," papar Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)