Tak Sanggup Lawan Keperkasaan Dolar AS, Rupiah Nyungsep ke Rp16.629/USD

Ilustrasi. Foto: dok MI.

Tak Sanggup Lawan Keperkasaan Dolar AS, Rupiah Nyungsep ke Rp16.629/USD

Husen Miftahudin • 23 October 2025 16:18

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Kamis, 23 Oktober 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.629 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 44 poin atau setara 0,27 persen dari posisi Rp16.585 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 44 poin, sebelumnya sempat melemah 65 poin di level Rp16.629 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp16.585 per USD," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.

Di perdagangan hari ini, rentang pergerakan rupiah berada pada level Rp16.618 per USD hingga Rp16.653 per USD. Sementara year to date (ytd) return tercatat 3,08 persen.

Sementara itu, data Yahoo Finance menunjukkan rupiah berada di zona merah pada posisi Rp16.615 per USD. Rupiah melemah tipis tiga poin atau setara 0,02 persen dari Rp16.612 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.645 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 28 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.617 per USD.
 

Baca juga: Masih Pagi Rupiah Sudah Keok
 

Ketegangan geopolitik meningkat


Ibrahim mengungkapkan, pergerakan nilai tukar rupiah hari ini dipengaruhi oleh sentimen ketegangan geopolitik yang semakin meningkat. Ini karena AS menyatakan kesiapannya untuk mengambil tindakan lebih lanjut seiring mendesak Moskow untuk segera menyetujui gencatan senjata dalam perangnya di Ukraina. 

Di sisi lain, pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang mempertimbangkan untuk membatasi berbagai ekspor berbasis perangkat lunak ke Tiongkok sebagai balasan atas pembatasan ekspor tanah jarang terbaru yang diberlakukan Beijing.

"Kemudian, penutupan Pemerintah AS memasuki hari ke-22, menandai hari terpanjang kedua dalam sejarah, dengan negosiasi antara Gedung Putih dan Kongres masih menemui jalan buntu. Presiden Trump menegaskan kembali Partai Republik 'tidak akan diperas' karena diskusi mengenai kesepakatan pendanaan masih mandek," tutur Ibrahim.

Sementara itu, pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis poin oleh The Fed sebagai sesuatu yang hampir pasti pada pertemuan kebijakan moneternya pada 29-30 Oktober, meskipun data inflasi masih dapat memengaruhi ekspektasi terhadap arah kebijakan The Fed ke depannya.

"Data ekonomi AS minggu ini cukup ringan, dengan fokus pada Indeks Harga Konsumen (IHK) hari dan pembacaan awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P untuk Oktober yang akan dirilis Jumat," jelas dia.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

BI andalkan cadangan devisa


Di sisi lain, Ibrahim mengatakan pasar merespons negatif terhadap pernyataan Bank Indonesia (BI) terkait aliran modal asing yang terus keluar dari Indonesia sehingga membuat bank sentral terus mengandalkan cadangan devisa (cadev).

"Sebab, tekanan terhadap aliran modal asing itu turut mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," terang dia.

Dimulai sejak September 2025 hingga 20 Oktober 2025, investasi portofolio tercatat net outflows sebesar USD5,26 miliar yang mengharuskan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah.

Kondisi tekanan aliran modal asing itulah yang pada akhirnya membuat cadangan devisa Indonesia terus mengalami penurunan saat ini. Diketahui, posisi cadev Indonesia sempat ke level USD157 miliar pada Maret 2025, namun ambles ke level USD149 miliar per September 2025.

"Hal ini terjadi karena outlflow yang terlalu besar akibat adanya pembayaran untuk dividen, repatriasi, dan juga untuk pinjaman, sehingga BI harus menggunakan dana  cadangan devisa untuk melakukan intervensi di pasar baik pasar DNDF maupun pasar NDF tujuannya untuk menstabilkan mata uang rupiah," papar Ibrahim.

Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan Rabu besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan melemah.

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.620 per USD hingga Rp16.680 per USD," jelas Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)