Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.
Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan hari ini mengalami penguatan cukup signifikan hingga menyentuh level Rp16.700-an per USD.
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 29 April 2025, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp16.761 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat sebanyak 94,5 poin atau setara 0,56 persen dari posisi Rp16.855,5 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 94,5 poin, sebelumnya sempat menguat 100 poin di level Rp16.761 dari penutupan sebelumnya di level Rp16.855,5," kata analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis hariannya.
Sementara itu, data Yahoo Finance juga menunjukkan rupiah berada di zona hijau pada posisi Rp16.758 per USD. Rupiah naik 91 poin atau setara 0,54 persen dari Rp16.857 per USD di penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Sedangkan berdasar pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), rupiah berada di level Rp16.787 per USD. Mata uang Garuda tersebut menguat 75 poin dari perdagangan sebelumnya di level Rp16.862 per USD.
Trump melunak soal tarif
Ibrahim mengungkapkan, pergerakan kurs rupiah didorng oleh sentimen Pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan Washington akan melunakkan dampak tarif otomotifnya dengan mengurangi beberapa bea yang dikenakan pada suku cadang asing di mobil yang diproduksi di dalam negeri.
"Penyesuaian tersebut berarti produsen mobil yang membayar
tarif otomotif Trump akan dibebaskan dari bea tambahan, seperti pada baja dan aluminium," jelas Ibrahim.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan semua aspek Pemerintahan AS sedang berhubungan dengan Tiongkok dan terserah kepada Tiongkok untuk meredakan situasi. Hal ini terjadi setelah Beijing sebelumnya membantah adanya pembicaraan.
Sementara itu, para pembuat kebijakan Tiongkok berjanji untuk mendukung bisnis dan pekerja yang terkena tarif tinggi AS dan menyerukan persiapan untuk skenario terburuk.
Namun, mereka tidak mengumumkan tindakan tambahan apa pun di luar apa yang diungkapkan dalam pertemuan kebijakan tahunan mereka pada Maret. Data aktivitas manufaktur resmi Tiongkok dan Caixin akan dirilis pada Rabu, memberikan gambaran pertama tentang bagaimana tindakan tarif berdampak pada sektor manufaktur.
(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
Pertumbuhan ekonomi RI diramal melambat
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 diperkirakan mengalami perlambatan, seiring belum optimalnya realisasi belanja negara yang seharusnya menjadi stimulus utama bagi perekonomian. Hingga Maret 2025, realisasi belanja negara tercatat sebesar Rp620,3 triliun, hanya tumbuh 1,37 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Perlambatan ini terutama disebabkan oleh turunnya belanja pemerintah pusat sebesar 3,37 persen (yoy) menjadi Rp413,2 triliun. Kontraksi tersebut dipicu oleh penurunan belanja kementerian/lembaga (K/L) sebesar 11,75 persen (yoy) menjadi Rp217,1 triliun.
Rendahnya realisasi belanja negara memberi tekanan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025. Belanja pemerintah, khususnya belanja K/L, selama ini berperan penting sebagai penggerak utama aktivitas ekonomi melalui proyek pembangunan serta pengadaan barang dan jasa.
Lambatnya realisasi belanja di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), serta kenaikan harga bahan pokok akibat tekanan pasar domestik dan global. Selain itu, belanja pemerintah sangat krusial untuk menjaga daya beli masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan sektor riil.
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 diperkirakan hanya akan berada di kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal IV-2024 yang mencapai 5,02 persen. Sebelumnya, proyeksi awal pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,0 persen.
Melihat berbagai perkembangan tersebut Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif dan kemungkinan besar akan menguat.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.700 per USD hingga Rp16.770 per USD," jelas Ibrahim.