Bolehkah Puasa Rajab dan Puasa Qadha Ramadan Digabung? Ini Penjelasannya

Ilustrasi freepik

Bolehkah Puasa Rajab dan Puasa Qadha Ramadan Digabung? Ini Penjelasannya

Putri Purnama Sari • 19 December 2025 18:17

Jakarta: Menjalankan puasa sunah menjadi salah satu amalan yang dianjurkan bagi umat Islam ketika memasuki bulan Rajab.

Meskipun tidak terdapat hadis sahih yang secara khusus menerangkan keutamaan puasa Rajab, anjuran menjalankannya tetap termasuk dalam dalil umum tentang kesunahan berpuasa, terutama di bulan-bulan yang dimuliakan.

Karena jarak antara bulan Rajab dan Ramadan cukup berdekatan, sebagian umat Islam kerap mempertanyakan apakah puasa Rajab boleh dilakukan bersamaan dengan puasa qadha Ramadan.

Tak jarang pula muncul keraguan saat hendak berpuasa, apakah boleh menggabungkan niat puasa Rajab dengan qadha Ramadan. Berikut penjelasannya.

Bolehkah Menggabungkan Puasa Qadha Ramadan dan Puasa Rajab?

Dilansir dari NU Online, sebagai puasa sunnah, puasa Rajab sah dikerjakan dengan niat puasa secara mutlak tanpa harus menyebutkan jenis puasanya secara spesifik (ta’yin). Misalnya dengan niat, “Saya niat berpuasa karena Allah”, tanpa perlu menambahkan keterangan puasa Rajab.

Berbeda halnya dengan puasa qadha Ramadan yang termasuk puasa wajib. Untuk puasa ini, niat harus ditentukan secara jelas, seperti, “Saya niat berpuasa qadha Ramadhan fardu karena Allah”.

Dengan demikian, menggabungkan niat puasa Rajab dan puasa qadha Ramadan hukumnya diperbolehkan atau sah, serta pahala dari keduanya dapat diperoleh. Bahkan, menurut Syekh al-Barizi, meskipun seseorang hanya berniat mengqadha puasa Ramadan, pahala puasa Rajab tetap akan didapatkan secara otomatis.
 
Baca juga: Niat Puasa Rajab dan Keutamaannya yang Perlu Diketahui Umat Islam 

Pandangan tersebut juga sejalan dengan keterangan dalam kitab Fathul Mu’in beserta hasyiyahnya, I’anatuth Thalibin, yang menyebutkan:



Artinya: "Dan dikecualikan dengan persyaratan ta'yin (menentukan jenis puasa) dalam puasa fardhu, yaitu puasa sunah, maka sah berpuasa sunah dengan niat puasa mutlak, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama. Ucapan Syekh Zainuddin, meski puasa sunah yang memiliki jangka waktu, ini adalah ghayah (puncak) keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak, maksudnya tidak ada perbedaan dalam keabsahan tersebut antara puasa sunnah yang berjangka waktu seperti puasa Senin-Kamis, Arafah, Asyura' dan hari-hari tanggal purnama. Atau selain puasa sunah yang berjangka waktu, seperti puasa yang memiliki sebab, sebagaimana puasa istisqa dengan tanpa perintah imam, atau puasa sunnah mutlak. Ucapan Syekh Zainuddin, dengan niat puasa mutlak, maka cukup dalam niat puasa Arafah dengan niat semisal, saya niat berpuasa. Ucapan Syekh Zainuddin, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh lebih dari satu ulama, maksudnya lebih dari satu ulama berpegangan dalam keabsahan puasa sunah dengan niat puasa mutlak. Dalam kitabnya Syekh al-Kurdi disebutkan, dalam kitab Al-Asna demikian pula Syekh Khatib al-Sayarbini dan Syekh al-Jamal al-Ramli, berpuasa di hari-hari yang dianjurkan untuk berpuasa secara otomatis tertuju pada hari-hari tersebut, bahkan apabila seseorang berniat puasa beserta niat puasa lainnya, maka pahala keduanya berhasil didapatkan."

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Arga Sumantri)