Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza diserang oleh Israel dan para petugas medisnya dipaksa keluar. Foto: Anadolu
Gaza: Desakan internasional semakin menguat untuk pembebasan Hussam Abu Safia, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza, yang ditahan oleh militer Israel dalam penggerebekan di fasilitas medis tersebut pada Sabtu 28 Desember 2024 lalu. Abu Safia ditangkap bersama puluhan orang lainnya dalam operasi militer yang menargetkan satu-satunya rumah sakit yang masih beroperasi di Gaza utara.
MedGlobal, sebuah organisasi kemanusiaan yang bergerak di bidang kesehatan di zona konflik, menyerukan pembebasan segera Abu Safia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan keterkejutan mereka terhadap penggerebekan rumah sakit tersebut.
Gambar terakhir Abu Safia yang beredar luas di media sosial menunjukkan dirinya berjalan menuju tank Israel di depan Rumah Sakit Kamal Adwan, yang kemudian dibakar oleh pasukan Israel dalam serangan pada Jumat.
Militer Israel menyatakan bahwa Abu Safia ditangkap untuk diinterogasi karena dicurigai sebagai “anggota operasional Hamas”. Dalam operasi tersebut, Israel menangkap lebih dari 240 orang dari rumah sakit. Sejak 6 Oktober, serangan Israel berfokus di Gaza utara dengan alasan untuk mencegah
Hamas melakukan konsolidasi kekuatan.
Keberadaan tak diketahui
Presiden MedGlobal, Zaher Sahloul, dalam pernyataannya menyebut penangkapan Abu Safia sebagai tindakan yang tidak adil dan melanggar hukum kemanusiaan internasional.
“Penangkapan ini adalah pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional, yang menjamin perlindungan tenaga medis di zona konflik. MedGlobal mendesak pembebasan segera dan tanpa syarat terhadap Dr. Abu Safia,” ujar Sahloul, seperti dilansir dari
Al Jazeera, Senin 31 Desember 2024.
Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard, menyatakan bahwa Abu Safia adalah pembela hak asasi manusia yang diakui oleh Front Line Defenders, sebuah organisasi berbasis di Irlandia yang melindungi aktivis kemanusiaan di berbagai belahan dunia.
Penggerebekan ini menambah panjang daftar serangan terhadap fasilitas kesehatan selama perang. WHO memperingatkan bahwa penghancuran sistem kesehatan dan blokade selama lebih dari 80 hari di Gaza utara mengancam nyawa 75.000 warga
Palestina yang masih berada di wilayah tersebut.
Dr. Ali Elaydi, seorang dokter ortopedi asal Gaza, menyatakan bahwa serangan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan dan penangkapan Abu Safia adalah bagian dari upaya Israel untuk mengosongkan Gaza utara dari penduduknya.
“Ini benar-benar menghilangkan akses layanan kesehatan yang berkelanjutan bagi seluruh populasi di Gaza utara. Saya yakin ini adalah upaya sengaja untuk memaksa warga keluar dari wilayah tersebut,” kata Elaydi.
Menurut Elaydi, tindakan ini juga menjadi peringatan bagi tenaga medis lainnya agar tidak berbicara membela pasien mereka.
Pada Jumat 27 Desember 2024, Hamas membantah klaim Israel bahwa para pejuangnya beroperasi dari dalam rumah sakit, menegaskan bahwa tidak ada anggota Hamas di sana selama perang berlangsung.
WHO melaporkan bahwa 15 pasien kritis, 50 pengasuh, dan 20 tenaga kesehatan yang tersisa di RS Kamal Adwan dipindahkan ke RS Indonesia, meskipun rumah sakit tersebut juga tidak lagi berfungsi sepenuhnya.
WHO berencana melakukan misi darurat ke RS Indonesia untuk memindahkan pasien kritis ke Kota Gaza.
Pada Minggu 29 Desember 2024, serangan Israel terhadap lantai atas RS al-Wafaa di Kota Gaza menewaskan tujuh orang dan melukai beberapa lainnya, menurut pertahanan sipil Gaza.
Kematian Adnan al-Bursh
Abu Safia, seorang dokter spesialis anak, sebelumnya menolak perintah Israel untuk mengevakuasi RS Kamal Adwan. Ia sempat ditahan dan dibebaskan ketika militer Israel menyerbu rumah sakit itu pada akhir Oktober.
Dalam operasi yang sama, putra Abu Safia, Ibrahim, tewas akibat serangan drone Israel di gerbang rumah sakit. Abu Safia sendiri terluka oleh pecahan peluru dalam serangan pada 23 November, tetapi ia tetap menjalankan tugasnya dan memberikan informasi kepada dunia tentang situasi di rumah sakit.
Serangan terhadap tenaga medis ini bukan yang pertama kali terjadi. Adnan al-Bursh, dokter ortopedi terkemuka dan kepala ortopedi di RS al-Shifa, dilaporkan tewas akibat penyiksaan di penjara Israel. Ia ditangkap saat bekerja di RS al-Awda, Gaza utara, bersama sejumlah tenaga medis lainnya pada Desember. (
Muhammad ReyhanSyah)