Ilustrasi. FOTO: dok MI
Angga Bratadharma • 20 July 2023 09:57
Jakarta: Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mendorong Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Kementan untuk menindak tegas oknum yang mengoplos beras pandan wangi dengan beras jenis lain. Pasalnya, beras tersebut dijual dengan label Pandan Wangi, namun dicampur dengan beras jenis lain yang berkualitas beda.
Mengutip keterangan tertulisnya, Kamis, 20 Juli 2023, akibatnya, kata Dedi berdampak kepada kepercayaan konsumen terhadap beras yang menjadi ikon Kabupaten Cianjur tersebut. Imbasnya, harga beras Pandan Wangi pun terjun bebas dan membuat minat petani menanam varietas padi Pandan Wangi menurun.
"Kita ini suka ditipu mudah banget bikin karung beras dengan tulisan asli Cianjur Pandan Wangi. Kalau belanja beras begitu lihat mereknya asli Cianjur langsung dibeli, padahal bukan. Ini sering terjadi maka perlu BSIP menindak tegas yang memalsukan barang dagangan industri yang dikelola oleh para petani tradisional," tuturnya,
"Sekali-kali BSIP juga perlu sidak ke swalayan, kemudian berasnya diteliti ini beras Cianjur asli atau hanya karung berasnya saja. Seringkali dibohongi kita beras oplosan dicampur-campur aroma pandan pakai pemutih, ini banyak beredar di pasaran," tegas Dedi, saat memimpin Kunker Reses Komisi IV DPR RI ke Kampung Budidaya Pandan Wangi, Kabupaten Cianjur.
Dedi mengusulkan ke depan istilah varietas padi dikembalikan untuk menggunakan nama-nama tempat di seluruh Indonesia. "Tidak usah ada istilah Inpari 12, Inpara 1, lebih baik dikembalikan pakai nama-nama tempat di seluruh Indonesia. Seperti Ciliwung, varietas Citarum, varietas Citanduy, dan sebagainya. Pakai nama lokal agar lebih membumi," ungkapnya.
Sementara terkait tingginya angka diabetes yang disangkutpautkan dengan konsumsi beras oleh masyarakat, dirinya meminta Kementan untuk turut meluruskan hal tersebut. "Jangan terus-terusan orang terkena gula, penyebabnya karena beras, itu salah. Yang salah itu tata kelola, cara menanam padinya, karena pestisida atau kadar airnya yang terlalu tinggi," ucapnya.
"Secara umum padi yang baru dipanen itu, sistemnya digantung agar kadar gulanya itu turun. Yang kedua cara memasak beras masyarakat kita, sudah beras kualitasnya rendah masaknya dengan magic com. Jadi gula penyebabnya bukan karena nasi tapi tata kelola nasi dan cara memasaknya yang salah," tambah Dedi.
Lebih lanjut, guna memastikan penyelamatan varietas pandan wangi, Dedi mengimbau agar Kementan menambah jumlah areal sawah yang ada saat ini. Menurutnya jumlah areal sawahnya harus bertambah, sekarang cuma 150 hektare, minimal ada 1.000 hektare.
"Mudah-mudahan Kementan, Dinas Pertanian Kabupaten dan Provinsi bisa bersinergi untuk bersama-sama memperluas areal sawah kedepannya," tutup dia.