Starbucks. Foto: Shutterstock
Annisa Ayu Artanti • 31 January 2024 14:28
Singapura: Starbucks memangkas proyeksi penjualan tahunannya pada Selasa, 30 Januari 2024 karena perang Israel-Hamas telah merugikan bisnisnya di Timur Tengah.
Melansir Channel News Asia, Rabu, 31 Januari 2024, manajemen juga menyampakan permintaan yang lebih lemah di Januari. Pemulihan yang lambat di Tiongkok akan menekan kinerja kuartal keduanya.
Kinerja kuartal pertama jaringan kopi terbesar di dunia ini juga meleset dari ekspektasi pasar untuk hasil kuartal pertama, juga karena melambatnya permintaan kopi dan minuman dingin di Amerika Serikat.
Namun, saham Starbucks naik empat persen setelah bel perdagangan, karena analis dan investor Wall Street bersiap-siap untuk pukulan yang lebih besar terhadap penjualan menyusul lalu lintas toko yang lemah pada bulan November dan Desember.
CEO Laxman Narasimhan mengatakan dalam sebuah panggilan telepon pascapengumuman laba perusahaan melihat dampak yang signifikan terhadap lalu lintas dan penjualan di Timur Tengah karena konflik tersebut.
Dampaknya juga merembet ke Amerika Serikat, katanya, karena beberapa konsumen melancarkan protes dan kampanye boikot yang meminta perusahaan untuk mengambil sikap atas masalah ini.
Starbucks bantah beri dukungan ke Israel
Perusahaan ini dalam pernyataan di situs webnya pada 2023 mengatakan mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor mereka telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.
Meskipun Starbucks berupaya untuk mengurangi hambatan di AS melalui berbagai upaya termasuk penawaran promosi, namun perlu waktu untuk mewujudkan rencananya, kata para eksekutif perusahaan.
Perusahaan sekarang memperkirakan penjualan akan tumbuh antara empat persen hingga enam persen, turun dari kisaran sebelumnya antara lima persen hingga tujuh persen.
Sementara penjualan di Tiongkok naik 10 persen pada kuartal yang berakhir pada 31 Desember, meningkat dari kenaikan lima persen pada kuartal sebelumnya.
Starbucks mengatakan pemulihan masih lebih lambat dari ekspektasinya karena konsumen menjadi lebih berhati-hati dalam berbelanja.