Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani. Foto: MI/Ramdani.
Jakarta: Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap Bank Indonesia (BI) tak menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate. Dalihnya, perekonomian saat ini dalam kondisi sulit sehingga BI perlu melakukan intervensi secara hati-hati, terlebih di tengah ekspektasi pasar terhadap penurunan Fed Fund Rate (FFR) oleh The Fed.
"Kalau kami maunya, kalau bisa, jangan dinaikkan lagi BI Rate dengan kondisi yang seperti ini," kata Ketua Umum Apindo Shinta Kamdani kepada wartawan di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dilansir
Media Indonesia, Rabu, 17 Juli 2024.
Namun, kata Shinta, posisi rupiah terhadap laju dolar AS berdampak pada pelaku usaha karena volatilitasnya memberikan situasi yang lebih sulit.
"Kami apresiasi pemerintah yang terus mencoba untuk mengendalikan nilai tukar rupiah. Tapi memang kita harus menjaga, kalau bisa di level di bawah Rp16.000 per USD tentu saja akan lebih baik," tutur dia.
Rupiah masih melemah terhadap dolar AS
Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Selasa ditutup turun di tengah meningkatnya ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan beragamnya data ekonomi dari Tiongkok selaku negara rekanan utama Indonesia.
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah merosot 10 poin atau 0,06 persen menjadi 16.180 per USD dari sebelumnya sebesar 16.170 per dolar AS.
Pasar menantikan pemangkasan suku bunga BI-Rate. Dalam RDG BI sebelumnya pada 19-20 Juni 2024, Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar tujuh persen.