Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa. Foto: Anadolu
Washington: Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, Senin, menolak perundingan langsung untuk menormalisasi hubungan dengan Israel untuk saat ini. Wacana itu mencuat karena Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berupaya untuk memulai kembali Abraham Accord yang mengupayakan normalisasi hubungan negara-negara Muslim dengan Israel.
Sharaa secara eksplisit merujuk pada pendudukan Israel yang berkelanjutan atas Dataran Tinggi Golan Suriah, yang diperluas secara signifikan pada tahun 2024 setelah jatuhnya rezim Assad. Dia mengatakan bahwa kondisi yang dihadapi Damaskus berbeda dengan negara-negara lain yang menandatangani perjanjian tersebut.
"Saya yakin situasi di Suriah berbeda dengan situasi negara-negara yang menandatangani Perjanjian Abraham," katanya dalam pernyataan yang diterjemahkan dalam sebuah wawancara dengan
Fox News, seperti dikutip dari
Anadolu, Selasa 11 November 2025.
"Suriah berbatasan dengan Israel, dan Israel menduduki Dataran Tinggi Golan sejak 1967. Kami tidak akan bernegosiasi secara langsung saat ini. Mungkin pemerintahan Amerika Serikat bersama Presiden Trump akan membantu kami mencapai negosiasi semacam ini," tambah Sharaa.
Abraham Accords adalah perjanjian yang disponsori AS untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara mayoritas Muslim selama masa jabatan pertama Trump. Sebelum Kazakhstan bergabung minggu lalu, empat negara telah bergabung dalam perjanjian damai tersebut: Bahrain, Maroko, Sudan, dan Uni Emirat Arab.
Trump sebelumnya telah menyuarakan optimisme bahwa Suriah, serta Arab Saudi, akan bergabung dalam perjanjian normalisasi tersebut.
Ditanya tentang kemungkinan Suriah bergabung dengan koalisi global anti-ISIS (Daesh), Sharaa mengatakan ada alasan bagi militer AS untuk mempertahankan kehadirannya di negaranya, tetapi mengatakan "hal itu perlu dikoordinasikan dengan pemerintah Suriah saat ini."
"Kita perlu membahas masalah ini, dan kita perlu membicarakan dan mencapai kesepakatan tentang ISIS," pungkas Sharaa.