Menteri Warisan Israel, Amichay Eliyahu. (Anadolu)
Tel Aviv: Menteri Warisan Israel dari partai ultranasionalis Otzma Yehudit, Amichay Eliyahu, kembali memicu kontroversi pada Kamis, 24 Juli 2025, setelah menyatakan bahwa pemerintah Israel tengah mendorong penghancuran total Gaza dan akan menjadikannya wilayah sepenuhnya Yahudi. Komentar ini menuai kecaman luas, termasuk dari oposisi dan bahkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Pemerintah sedang berlomba agar Gaza dilenyapkan," ujar Eliyahu dalam wawancara radio dengan Kol Barama, dikutip oleh Media Israel.
Ia menyebut penduduk Gaza sebagai "populasi yang dididik melalui Mein Kampf" dan menegaskan, "Puji Tuhan, kita sedang menghapus kejahatan ini."
Eliyahu menyatakan bahwa seluruh Gaza akan dibuka untuk permukiman Yahudi dan kota-kota Yahudi nantinya tidak akan dibatasi dalam kanton-kanton berpagar.
"Seluruh Gaza akan menjadi milik Yahudi," ujarnya. Namun ia menambahkan bahwa orang Arab yang loyal kepada Israel akan ditoleransi.
"Kami tidak rasis," klaim Eliyahu.
"Kami sedang melawan mereka yang memerangi kami," tegas Eliyahu.
Menteri tersebut juga membantah adanya kelaparan di Gaza, menyebutnya sebagai kampanye propaganda terhadap Israel.
"Tidak ada kelaparan di Gaza. Tapi kita tidak perlu peduli tentang kelaparan di Gaza. Biarkan dunia yang mengurusnya," katanya.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah meningkatnya kecaman dunia internasional atas krisis kemanusiaan di Gaza, yang menurut PBB semakin parah akibat kelangkaan makanan dan kondisi keamanan yang menghambat distribusi bantuan.
Pemimpin oposisi Yair Lapid menyebut pernyataan Eliyahu sebagai "serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan bencana hubungan masyarakat."
"Israel takkan mampu meyakinkan dunia tentang kebenaran perang ini jika dipimpin oleh pemerintahan ekstremis dengan menteri-menteri yang mengagungkan darah dan kematian," ucap Eliyahu.
Anggota Knesset Ayman Odeh menilai pernyataan Eliyahu serupa dengan retorika yang digunakan di Jerman pada masa lalu.
Politisi Partai Buruh Gilad Kariv juga mengomentari pernyataan Eliyahu dengan nada keras. Ia menilai pernyataan tersebut mencerminkan pandangan ekstrem yang membahayakan posisi Israel di panggung internasional dan merusak legitimasi moral negara tersebut dalam menghadapi konflik.
"Eliyahu adalah seorang nasionalis kekerasan yang tanpa kendali, menyerukan kejahatan perang dan melanggar hukum internasional serta hukum negara Israel," kata Kariv.
Menanggapi reaksi keras tersebut, Netanyahu akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi pada Jumat dini hari, menegaskan bahwa Eliyahu "tidak mewakili pemerintah yang saya pimpin" dan bahwa ia "bukan anggota kabinet keamanan yang menentukan arah perang."
Namun, tidak ada tindakan disipliner yang diumumkan terhadap Eliyahu, yang sebelumnya juga dikenal sering melontarkan retorika provokatif. Pada Mei lalu, ia mengatakan bahwa Israel seharusnya mengebom cadangan makanan dan bahan bakar
Gaza untuk menekan Hamas melalui penderitaan sipil. Pada November 2023, ia memicu kecaman internasional karena menyebut penggunaan bom nuklir terhadap Gaza sebagai "salah satu opsi".
Pernyataan terakhir ini bahkan dikutip oleh Afrika Selatan dalam gugatan genosida terhadap Israel di Mahkamah Internasional. Eliyahu kemudian menyombongkan diri dengan mengatakan, "Bahkan di Den Haag mereka tahu posisi saya."
Perang di Gaza bermula dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 lainnya. Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 58.000 orang telah tewas di Gaza dalam perang yang berlangsung sejak saat itu.