Pelaksana tugas (Plt) Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT Anggiat dalam rapat kerja (raker) bersama Komisi V DPR. Foto: Tangkapan layar Youtube DPR.
Fachri Audhia Hafiez • 8 July 2025 15:38
Jakarta: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membeberkan kronologi tenggelamnya kapal KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali saat rapat kerja (raker) di Komisi V DPR. Berdasarkan laporan awal, tidak ditemukan anomali saat kapal berlayar.
"Ketika kapal bertolak, tidak ada anomali atau kemiringan atau keadaan yang tidak biasa," kata Pelaksana tugas (Plt) Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Pelayaran KNKT Anggiat di Ruang Komisi V DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 8 Juli 2025.
Selain itu, mesin beroperasi dengan normal. Visibilitas atau jarak pandang juga cukup baik.
"Tidak ada hujan dan tidak berkabut," ucap dia.
Laporan itu diterima KNKT dari para awak kapal yang selamat. Kemudian, dikompilasi dengan sejumlah pemantauan data lain dan rekaman CCTV.
Anggiat mengatakan pada 2 Juli 2025, pukul 22.15 WIB, kapal tersebut mulai proses pemuatan kendaraan di Pelabuhan Ketapang, di Jawa Timur, Banyuwangi. Pada pukul 22.45 WIB, proses pemuatan selesai dilakukan.
Kemudian pada pukul 22.51 WIB, kapal Tunuhl Pratama Jaya mulai bertolak ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Namun, setelah sekitar 30 menit pelayaran, kapal miring ke sebelah kanan.
"Kemudian juru mudi jaga dan kelasi jaga melihat air laut masuk ke kamar mesin melalui pintu kamar mesin. Juru minyak jaga yang juga berada di kamar mesin melihat hal yang sama," ujar Anggiat.
Selanjutnya, keluar perintah agar awak kapal membantu penumpang mengenakan lifejacket dan persiapan evakuasi. Sementara nahkoda yang saat itu sedang beristirahat segera dibangunkan oleh mualim jaga.
"Kemudian nahkoda segera mengambil alih kemudi dan memancarkan berita marabahaya di radio VHF frekuensi 16," ujar dia.
Kepala kamar mesin kapal juga melihat kendaraan di bagian belakang bergeser dan bertumpu ke sisi kanan. Hal ini menyebabkan kapal semakin terus bertambah kemiringan sebelah kanan.
"Yang pada awalnya dalam keadaan masih perlahan-lahan kemudian semakin cepat," ujar dia.
Beberapa menit setelah panggilan darurat, kapal mulai tenggelam. Kondisi buritan atau bagian belakang kapal tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan.
Beberapa kapal lain yang berada dekat Tunu Pratama Jaya kesulitan untuk membantu evakuasi. Karena dalam kondisi gelap.
"Kapal Gilimanus I dan Tunu Praja Pratama 3888 yang juga ada di sekitar lokasi mencoba menyoroti lampu ke arah Tunu PrataMajaya. Namun kesulitan juga untuk mengenali objek terabung karena kondisi dalam keadaan gelap," kata Anggiat.