Putri Purnama Sari • 13 August 2025 17:48
Jakarta: Kemerdekaan Indonesia tak hanya berarti bebas dari penjajahan, tetapi juga menjaga warisan bangsa untuk generasi mendatang. Pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia, sosok Aleta Baun atau yang akrab disapa Mama Aleta menjadi simbol perjuangan perempuan di garis depan pelestarian lingkungan.
Mama Aleta adalah tokoh adat asal Mollo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Ia dikenal karena keberaniannya melawan penambangan marmer di Pegunungan Mutis, kawasan yang menjadi sumber air, pangan, dan identitas budaya masyarakat adat Mollo.
Aksi Damai Melawan Penambangan
Awal 2000-an, perusahaan tambang mulai mengeksploitasi marmer di wilayah adat Mollo. Aktivitas ini mengancam kelestarian hutan dan memutus sumber air bersih bagi warga. Menyadari bahaya tersebut, Mama Aleta memimpin aksi damai yang unik, ratusan perempuan adat duduk di lokasi tambang sambil menenun kain tradisional setiap hari.
Aksi ini berlangsung hampir setahun. Tanpa kekerasan, mereka memberikan tekanan sosial dan moral yang kuat kepada pihak tambang hingga operasi dihentikan sepenuhnya. Keberhasilan ini menjadi tonggak penting dalam perjuangan lingkungan di Indonesia.
Penghargaan Internasional hingga Ancaman Nyawa
Perjuangan Mama Aleta mengantarkannya meraih Goldman Environmental Prize pada 2013 di San Francisco, Amerika Serikat, penghargaan bergengsi yang dijuluki Nobel Lingkungan. Namun, keberaniannya juga membuat ia menjadi target ancaman. Bahkan, pernah ada tawaran hadiah bagi siapa pun yang mampu membunuhnya.
Demi keselamatan, Mama Aleta terpaksa mengungsi bersama bayinya yang baru berusia dua bulan. Ia berpindah-pindah dari kampung ke kampung, bahkan bersembunyi di hutan, sembari tetap mengorganisir masyarakat untuk mempertahankan tanah adat.
Mendirikan Mama Aleta Fund
Dok Instagram MAF
Setelah berhasil menghentikan tambang marmer, Mama Aleta mendirikan Mama Aleta Fund (MAF), organisasi nirlaba yang mendukung perjuangan perempuan dan komunitas di Indonesia Timur dalam mempertahankan wilayah adat serta menolak perusakan alam. MAF memiliki tiga program utama: Nausus-Lulbas, Olif Tataf, dan Pengelolaan Pengetahuan.
Inspirasi di Hari Kemerdekaan
Kisah Mama Aleta mengajarkan bahwa mempertahankan kemerdekaan tak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan menjaga tanah, air, dan hutan sebagai warisan bangsa. Di usia ke-80 tahun kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim, kerusakan hutan, dan pencemaran lingkungan.
Semangat para pejuang lingkungan, terutama perempuan adalah pengingat bahwa merawat bumi sama pentingnya dengan menjaga kedaulatan negara. Sebagaimana para pahlawan dahulu mengibarkan merah putih, generasi kini dapat melanjutkan perjuangan dengan mempertahankan warna hijau di bumi Nusantara.