Ilustrasi sawit. Foto: Istimewa.
Anggi Tondi Martaon • 13 August 2025 11:39
Jakarta: PT Astra Agro Lestari Tbk (Astra Agro) menegaskan komitmennya mengimplementasikan kebijakan keberlanjutan. Hal itu dilakukan Cipta Rukun Upaya (CRU), EcoNusantara (ENS), Tani Center IPB, dan Relawan untuk Orang dan Alam (ROA).
Direktur Cipta Rukun Upaya Astra Agro Arief Wicaksono memaparkan bahwa dalam sebuah pencapaian resolusi memerlukan waktu yang tidak singkat. Menurut dia, dibutuhkan assesment mendalam terkait subjek serta kejelasan objek konflik sehingga gesekan dapat ditangani dengan tepat.
“Bagi kami ini merupakan langkah maju yang dilakukan Astra Agro, komitmen yang sangat kuat terhadap penghormatan Hak Asasi Manusia (HAM) melalui pembekalan uji tuntas yang diinsiasi tidak hanya pada entitas yang menjadi perhatian, namun juga diseluruh operasional bisnisnya,” ujar Arief melalui keterangan tertulis, Rabu, 13 Agustus 2025.
Rencana aksi tersebut merupakan tindak lanjut dari Astra Agro untuk menjawab isu yang menjadi keluhan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) dan Friends of the Earth (FoE) terhadap tiga anak usaha Astra Agro. Yakni, PT Agro Nusa Abadi (ANA), PT Mamuang (MMG), dan PT Lestari Tani Teladan (LTT).
Bersama dengan dengan CRU Indonesia, Astra Agro melakukan penyelenggaraan pelatihan menyeluruh terkait Human Rights Due Diligence (HRDD). Sehingga, implementasi action plan yang telah disepakati dengan berbagai pihak.
Sedangkan kerja sama dengan Tani Center IPB untuk meningkatkan pemahaman dan pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka memperkuat kapasitas kelompok perempuan, Astra Agro melakukan kolaborasi melalui kemitraan dengan organisasi masyarakat sipil Relawan untuk Orang dan Alam (ROA).
Sementara itu, Astra Agro kembali merilis laporan perkembangan terbaru implementasi tahun pertama dari Rencana Aksi 3 Tahun yang disusun sebagai tindak lanjut atas laporan verifikasi independen oleh ENS. Dalam penyusunannya, rencana aksi ini mengintegrasikan rekomendasi yang tertuang dalam laporan ENS dan melibatkan konsultasi aktif dengan berbagai pemangku kepentingan utama. Di antaranya, kalangan akademisi, komunitas masyarakat lokal, dan aparatur desa. Hal tersebut guna menjamin transparansi serta kesesuaian dengan prinsip Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan (FPIC).
Direktur Astra Agro Lestari Bandung Sahari menyampaikan perseroan menghadapi beberapa tantangan selama perjalanan implementasi
action plan dalam setahun belakangan. Diantaranya adalah dinamika klaim lahan yang saling tumpang tindih. Hal itu ehingga dapat memicu konflik horizontal diantara komunitas, dan kompleksitas persoalan di tingkat tapak .
Oleh sebab itu, Astra Agro mengharapkan kerjasama dari seluruh pihak yang terlibat untuk duduk bersama merumuskan upaya penyelesaikan yang konstruktif. “Dalam mengimplementasikan rencana aksi, Astra Agro menekankan pada hasil yang terukur, keterlibatan yang inklusif, dan kolaborasi yang berkesinambungan, karena kami percaya bahwa kerjasama, dan berbagi data menjadi sangat penting untuk menyelesaikan keluhan,” tegas Bandung.
Kendati menghadapai tantangan, hal tersebut tidak menyurutkan komitmen Astra Agro untuk mencapai resolusi atas setiap keluhan yang diterima. Bandung mengingatkan pentingnya bagi semua pihak untuk terlibat secara konstruktif dalam dialog terbuka dan berbagi bukti yang lebih konkrit dengan Astra Agro dan pihak-pihak berkepentingan.
Hal senada disampaikan peneliti Sajogyo Institute Eko Cahyono. Dia mengungkapkan bahwa dalam mencapai resolusi perlu ada kolaborasi yang bersifat substantif, bukan hanya prosedural.
“Hal terpenting adalah duduk bersama dan saling mengutarakan apa yang diinginkan masyarakat,” kata Eko.
Sementara itu, Chief Executive Officer ENS, Zulfahmi, Astra Agro telah berkomitmen kuat untuk menjalankan rencana aksi yang diusulkan untuk mencapai resolusi konflik sebelum implementasi
action plan dilakukan. Adapun dalam laporan perkembangan terbaru, implementasi yang telah dilakukan yaitu dialog multipihak yang menjadi pencapaian penting dalam tahun pertama implementasi.
Dialog tersebut berhasil mempertemukan perwakilan masyarakat, LSM lokal, dan pemerintah daerah pada Februari dan Mei 2025 di Palu. Proses ini dipandang sebagai titik balik dalam membangun kesepahaman menuju penyelesaian jangka panjang.
Astra Agro juga telah melakukan pendekatan yang memprioritaskan keterlibatan dan kolaborasi aktif. Diantaranya bersama Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), serta pemangku kepentingan internasional pada berbagai pertemuan tatap muka di Bangkok, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Untuk ketiga anak usaha Astra Agro memiliki kemajuan signifikan dalam mengimplementasikan rencana aksi. Misalnya PT LTT, berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Towiora dengan menyediakan lahan pemakaman umum seluas 1,2 hektar yang disertai pembangunan infrastruktur yang kini telah rampung dan siap digunakan.