Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 17 May 2024 21:03
Banyuwangi: Dunia internet semakin penuh pesona dan membuat penghuninya bebas berekspresi. Meski bebas, tentu bukan tanpa batas. Kita mesti patuhi tata krama di ranah internet yang biasa disebut netiket.
Sebab jika berlebihan dalam berkomentar, misal saat tim sepakbola kita gagal masuk penyisihan Piala Dunia, kemudian netizen Indonesia ramai mem-bully wasitnya, hal tersebut berisiko mencoreng nama bangsa. Terlebih, beberapa tahun lalu, survei Microsoft menyebut netizen Indonesia paling tidak sopan di Asia Tenggara.
"Ini mesti disetop dan dipulihkan. Jangan perburuk citra Indonesia di ruang digital," kara Kepala Program Ekonomi Syariah STAIM Tulungagung Mei Shanti, saat tampil sebagai narasumber dalam webinar literasi digital di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 17 Mei 2024.
Adapun webinar untuk segmen pendidikan yang dihelat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Timur ini mengusung tema 'Belajar Hak dan Tanggung Jawab di Ruang Digital'.
Mei juga mengingatkan, dengan semakin bebasnya berinteraksi, maka jangan lupa menjaga etiket di ruang internet. Sebab apa yang boleh di sini belum tentu di daerah lain bisa dimaklumi.
Berbagilah konten hanya yang ada manfaatnya buat orang lain. Juga, setop kebiasaan mem-bully teman sekolah kalau akhirnya bikin teman malu dan takut masuk sekolah.
"Bebas berkomentar bukan berarti boleh sembarang mengejek, meledek teman sendiri. Bahkan, kalau masuk kategori perundungan, bisa dilaporkan dan dapat sanksi pidana dalam UU ITE. Jadi, jangan sembrono mem-bully kawan di ruang digital dampaknya serius," tegas Mei.
Baca juga: Ciri-ciri Hoaks: Informasi Tidak Benar Tapi Dibuat Seolah Benar |