Ciri-ciri Hoaks: Informasi Tidak Benar Tapi Dibuat Seolah Benar

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Ciri-ciri Hoaks: Informasi Tidak Benar Tapi Dibuat Seolah Benar

Husen Miftahudin • 13 May 2024 13:19

Dumai: Interaksi di media sosial memiliki jangkauan sangat luas dan tak berbatas. Partisipasi pesertanya yang amat beragam dengan komunikasi yang relatif bebas, penuh 'konflik', dan provokasi. Hal itu karena pesan di media sosial mudah dibuat dan sifat penyebaran yang amat cepat.

Pengawas SMK Dinas Pendidikan Provinsi Riau Nurjasmi mengungkapkan hal itu saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau untuk segmen pendidikan, di Kota Dumai.

Nurjasmi mengatakan, kecepatan dan kemudahan yang dimiliki media sosial, membuat banyak orang lupa melakukan kontrol informasi. Sehingga, yang terjadi selanjutnya, berita palsu (hoaks) bertebaran di media sosial.

"Hoaks merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar," ungkap Nurjasmi, dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 13 Mei 2024.

Nurjasmi menegaskan, hoaks bisa dibilang sebagai pesan berita yang menipu. Informasinya dapat menciptakan kecemasan, kebencian, atau pemujaan yang berlebihan.

Sumber beritanya tidak jelas atau kurang bisa dipercaya. Lalu, foto dan videonya merupakan hasil rekayasa, bahkan judul pengantarnya tidak sesuai dengan berita.

"Hoaks biasanya mengandung unsur politik atau SARA, tampilan atau judul provokatif, minta supaya di-share atau diviralkan, sering mendapat komentar negatif, meskipun ada juga yang positif dan dapat dipercaya," jelas Nurjasmi.
 

Baca juga: Kritis Jadi Kunci Agar Ekosistem Digital Indonesia Semakin Minim Hoaks
 

Langkah lawan hoaks


Literasi penggunaan media sosial secara cerdas dan sehat, menurut Nurjasmi, harus melibatkan pengguna digital (warganet) secara langsung. Selain itu, publik juga harus mengerti bahaya dan jahatnya hoaks, ragam hoaks dan cara mengenalinya, literasi tentang pentingnya kritis, tidak mudah percaya dan tidak ikut menyebarkan, serta aktif mengecek kebenaran hoaks.

"Lima langkah cerdas lawan hoaks: perhatikan judul berita, periksa foto video, lihat sumber berita, waspada dengan bentuk forward message, dan laporkan ke Kemenkominfo jika melihat hoaks," tutur Nurjasmi.

Senada, dosen sekaligus praktisi bisnis digital Universitas Jambi Riyanto menegaskan pentingnya melawan hoaks dengan bersikap tidak mudah percaya (kritis) terhadap segala informasi yang didapat melalui media digital (sosial).

"Jangan terjebak konten hoaks dan ambil kesimpulan dari judul, jangan mudah percaya dengan informasi, cek informasi dari berbagai sumber, tahan emosi, dan segera laporkan bila terbukti hoaks," sebut Riyanto.

Sementara, konten kreator sekaligus influencer Dyah Hakim mengatakan, hoaks biasanya akan dikemas menjadi beberapa konten berupa narasi informasi atau berita, foto atau gambar rekayasa, dan video.

"Untuk itu, kenali ciri hoaks seperti sumber informasi tidak jelas, informasinya aneh dan tidak wajar, bahasa provokatif, antara judul dengan isi tak sesuai, tidak tercantum waktu kejadian dan tanggal produksi, informasinya mendiskreditkan dan tak berimbang, adanya ancaman jika pembaca tak menyebarkan," rinci Dyah Hakim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)