Ilustrasi. Foto: Dok MI
Jakarta: Kurs rupiah terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan sore mengalami penguatan ke zona hijau. Rupiah melanjutkan tren penguatan terhadap dolar AS sejak pembukaan perdagangan pagi tadi.
Mengacu data Bloomberg, Rabu, 13 Agustus 2025, rupiah menguat ke posisi Rp16.202 per USD. Rupiah menguat 87,5 poin atau setara 0,54 persen dibandingkan sebelumnya di posisi Rp16.289,5 per USD.
Di sisi lain, berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah juga menguat menjadi Rp16.190 per USD. Rupiah melesat hingga 103 poin atau setara 0,63 persen dibandingkan sebelumnya Rp16.293 per USD.
Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (disingkat Jisdor), mata uang Garuda ini terpantau berada di posisi Rp16.237 per USD. Rupiah lebih tinggi dibandingkan kemarin yang sebesar Rp16.298 per USD.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
AS-Tiongkok perpanjang gencatan senjata tarif
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengungkapkan, pergerakan rupiah pada hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen perpanjangan gencatan senjata tarif yang AS dan Tiongkok selama 90 hari lagi, mencegah bea masuk tajam yang dapat mengganggu perdagangan.
Perjanjian ini mempertahankan tarif AS 30 persen dan Tiongkok 10 persen yang berlaku saat ini dan memberi waktu untuk negosiasi lebih lanjut, yang memberikan dorongan bagi sentimen investor di seluruh kawasan.
Selain itu, perundingan AS-Rusia tentang Ukraina menjadi fokus Trump dan Vladimir Putin, akan bertemu di Alaska pada Jumat untuk membahas diakhirinya perang di Ukraina.
Pertemuan itu terjadi setelah Trump mengancam akan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat terhadap industri minyak Rusia, mengancam tarif perdagangan yang tinggi terhadap India dan Tiongkok, yang merupakan pembeli minyak terbesar Moskow.
"Trump menguraikan tarif hingga 50% terhadap India, dan mengancam Tiongkok dengan langkah serupa. Pasokan minyak global dapat terhambat oleh upaya India dan Tiongkok untuk mencari sumber alternatif, meskipun kekhawatiran atas skenario tersebut mereda menjelang pertemuan pada Jumat," papar Ibrahim.
Ukraina telah mengisyaratkan akan menolak kesepakatan apa pun yang mengharuskannya menyerahkan wilayahnya kepada Rusia. Namun, deeskalasi konflik berpotensi membebaskan pengiriman minyak Rusia, yang pada gilirannya akan meningkatkan pasokan global.