Belanja Konsumen AS Terancam 'Lesu' Imbas Kekhawatiran Tarif Trump

Ilustrasi. Foto: Li Jianguo/Xinhua.

Belanja Konsumen AS Terancam 'Lesu' Imbas Kekhawatiran Tarif Trump

Husen Miftahudin • 9 July 2025 07:48

Sacramento: Warga Amerika Serikat (AS) mungkin harus berpikir dua kali sebelum bepergian, makan di luar, atau berbelanja pada musim panas ini, musim yang biasanya ditentukan oleh pengeluaran. Ini karena kekhawatiran tarif membebani sentimen konsumen, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai survei.
 
Presiden AS Donald Trump pada Senin mengumumkan tarif baru berkisar antara 25 persen hingga 40 persen terhadap 14 negara dan menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang jeda tarif timbal balik (resiprokal) hingga 1 Agustus.
 
Menurut jajak pendapat Yahoo Finance/Marist yang dirilis Senin, 8 Juli 2025, sebanyak 81 persen dari 2.011 orang dewasa yang disurvei mengatakan mereka khawatir dalam berbagai tingkatan tentang dampak tarif pada keuangan pribadi mereka. Sementara 60 persen khawatir akan dampak negatif tarif terhadap ekonomi yang lebih luas.
 
Ketika ditanya di mana mereka akan mengurangi konsumsi makanan terlebih dahulu, 48 persen menyebutkan hiburan dan 45 persen menyebutkan pakaian. Sementara itu, 52 persen mengatakan mereka sudah mengurangi frekuensi makan di luar.
 
"Kami menyaksikan kalibrasi ulang kebiasaan belanja secara langsung karena harga yang lebih tinggi dan meningkatnya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi selanjutnya," kata jajak pendapat tersebut, dikutip dari Xinhua, Rabu, 9 Juli 2025.
 
Tren semacam itu mulai terlihat dalam penjualan eceran. Penjualan eceran inti hanya naik 0,23 persen pada Mei dari April, menurut CNBC/National Retail Federation (NRF) Retail Monitor yang dirilis pada 13 Juni. Sebulan sebelumnya, indikator yang sama melonjak karena rumah tangga bergegas membeli barang impor sebelum tarif diberlakukan.
 
"Data Mei menunjukkan peningkatan permintaan konsumen menjelang tarif kemungkinan akan mereda," kata Presiden dan CEO NRF Matthew Shay.
 
Penjualan barang elektronik dan peralatan rumah tangga merosot 1,98 persen secara bulan ke bulan (mtm) pada Mei, menggemakan jajak pendapat Yahoo Finance/Marist yang menemukan 34 persen rumah tangga memilih untuk menunda pembelian barang mahal.
 

Baca juga: Respons Tarif 32% Trump, Airlangga Negosiasi Lagi ke AS


(Ilustrasi. Foto: Freepik)
 

Inflasi jadi perhatian konsumen

 
Indikator sentimen konsumen menggarisbawahi kekhawatiran tersebut. Indeks Keyakinan Konsumen Conference Board untuk periode Juni turun 5,4 poin menjadi 93,0 karena tarif dan inflasi masih menjadi perhatian utama konsumen.
 
Para ekonom memperingatkan jeda yang berkepanjangan dalam pengeluaran diskresioner dapat berdampak pada seluruh industri yang bergantung pada masuknya konsumen musiman di musim panas.
 
Beberapa bisnis sudah mulai menyesuaikan diri. Jaringan bioskop besar memperpanjang 'Selasa hemat' menjadi tiga hari seminggu, sementara toko kelontong nasional mempromosikan perlengkapan piknik merek toko.
 
Kedepannya, para analis mengatakan jika negosiator perdagangan mengurangi retorika tarif atau jika pemotongan suku bunga Federal Reserve di masa mendatang membantu mengendalikan inflasi, permintaan yang terpendam dapat menghidupkan kembali belanja konsumen selama musim kembali ke sekolah.
 
Sebaliknya, putaran tarif baru, terutama pada alas kaki dan pakaian, yang persediaannya tipis, mungkin memicu penarikan belanja yang lebih dalam dan memperlebar kesenjangan antara kebutuhan pokok dan barang yang diinginkan, tambah mereka.
 
Karena sinyal kebijakan masih belum jelas, konsumen bersikap hati-hati dalam pengeluaran mereka, sehingga membayangi apa yang biasanya merupakan musim paling cerah bagi perekonomian.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)