IHSG Jeblok, Ketua Banggar Minta Otoritas Bursa Tak Perlu Over Reaction

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah. Foto: Istimewa.

IHSG Jeblok, Ketua Banggar Minta Otoritas Bursa Tak Perlu Over Reaction

Rahmatul Fajri • 19 March 2025 12:30

Jakarta: Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah meminta otoritas bursa dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk tetap tenang dan tidak bereaksi yang berlebihan dalam menghadapi tekanan di pasar saham. Ia menilai reaksi berlebihan justru bisa memperburuk kondisi dan memicu aksi jual lebih besar.

"Hendaknya otoritas bursa dan OJK tidak over reaction yang justru menstimulasi reaksi berlebihan dari pelaku pasar lebih luas untuk kian mendorong aksi jual, sebab pasar SBN dan valuta asing keadaannya biasa saja. Cermati perkembangan setidaknya satu dua hari ini," kata Said, melalui keterangan tertulis, Rabu, 19 Maret 2025.

Diketahui, IHSG anjlok hingga lebih dari lima persen pada perdagangan Selasa, 18 Maret 2025, menyebabkan perdagangan di bursa saham sempat ter-suspend 30 menit. Jika dihitung secara year to date hingga ke posisi 6.076,08 atau turun 15,2 persen, dan di antara negara peers, bursa saham Indonesia cenderung menurun cukup signifikan, bahkan bursa Indonesia yang pada hari ini yang berada di zona merah.

"Situasi ini makin menggenapi sinyal pasar keuangan harus kita waspadai. Kita tidak berharap situasi ini tidak makin berlarut larut. Sebagai Ketua Badan Anggaran DPR, saya berharap seluruh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memberikan respon untuk menenangkan pasar," kata dia.

Said mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sampai dengan Sesi 1 sampai pukul 12.00 WIB, 18 Maret 2025 Kurs Rupiah terhadap dolar mengalami pelemahan yang berada di posisi Rp 16.465. Secara year to date turun 1,1 persen masih pada batas wajar.

Ia menyebut di luar pasar saham dan pasar keuangan, sektor perdagangan menunjukkan indikator yang positif. Data BPS pada Februari 2025 memperlihatkan nilai ekspor Indonesia mencapai USD21,98 miliar atau naik 2,58 persen dibanding ekspor Januari 2025. Dibanding Februari 2024 nilai ekspor naik sebesar 14,05 persen.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2025 mencapai USD43,41 miliar atau naik 9,16 persen dibanding periode yang sama tahun 2024. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai USD41,21 miliar juga naik 10,92 persen.

"Situasi ini memerlukan kebersamaan kita semua. Dari sisi KSSK, perlu menyampaikan bauran kebijakan sektor moneter dan fiskal yang memperkuat pasar keuangan kita," beber Said.
 

Baca juga: IHSG Mulai Berani Menguat setelah 'Tragedi' Trading Halt, Coba Saham-saham Ini!


(Ilustrasi IHSG jeblok. Foto: dok MI)
 

Benahi gaya komunikasi publik


Untuk meredakan tekanan di pasar saham, Said mengusulkan KSSK dan otoritas keuangan untuk membenahi gaya komunikasi publik, lebih simpatik, dan dialogis. Ia meminta para pengusaha besar diajak untuk menyelamatkan pasar keuangan.

"Apalagi jika Bapak Presiden bersedia turun tangan langsung, mengajak rekanan bisnis internasional beliau memperkuat pasar saham kita. Apalagi kini ada Ray Dalio yang berada di Danantara, saatnya diminta ikut membantu pasar keuangan," sebut dia.

Said mengusulkan pemerintah bisa menunjukkan bahwa reformasi fiskal yang tengah berjalan menjamin keberlangsungan fiskal jangka panjang. Langkah ini untuk menepis keraguan investor setidaknya mereka tetap melihat SUN sebagai instrumen investasi yang menarik, yang saat ini sangat dibutuhkan pemerintah.

Lalu, dalam jangka panjang hendaknya OJK dan otoritas bursa untuk memperluas basis investor, terutama di sektor ritel, dan inovasi produk, terutama syariah untuk memperkuat pasar saham Indonesia.

Terakhir, Said mengimbau para pihak yang tidak berkaitan dengan otoritas bursa tidak menambah kepanikan pasar dengan langkah langkah yang diniatkan untuk meredakan keadaan, justru makin menimbulkan perhatian dan reaksi berlebihan dari para pelaku pasar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)