Ilustrasi. Metrotvnews.com.
Ficky Ramadhan • 9 September 2025 13:17
Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyebut kasus filisida yang terjadi di beberapa daerah belakangan ini dipicu oleh berbagai masalah yang kompleks dalam kehidupan masyarakat tersebut. Filisida merupakan kasus pembunuhan anak oleh orang tua sendiri.
"Masalah filisida itu banyak dipicu oleh kesehatan mental ibunya, masalah ketahanan keluarga yang lemah, masalah ekonomi, masalah dukungan masyarakat rendah dan lain-lain," kata Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak Kementerian PPPA, Pribudiarta Nur Sitepu, saat dihubungi, Selasa, 9 September 2025.
Kementerian PPPA menegaskan pentingnya penguatan sistem perlindungan anak berbasis masyarakat melalui program Kota Layak Anak (KLA). Menurut Pribudiarta, program ini memiliki 24 indikator yang memastikan terpenuhinya hak anak, mulai dari hak sipil, pengasuhan, kesehatan, pendidikan, hingga perlindungan khusus.
"Kami mendorong seluruh daerah mengembangkan Kota Layak Anak sebagai instrumen untuk memastikan anak-anak terpenuhi haknya secara menyeluruh," ujar Pribudiarta.
Ia juga menekankan pentingnya peran masyarakat. Sebab, perlindungan anak bukan hanya tanggung jawab negara, tetapi juga tanggung jawab sosial bersama.
Selain itu, Kementerian PPPA juga menginisiasi penguatan modal sosial masyarakat melalui pembangunan Ruang Bersama Indonesia (RBI) di tingkat desa dan kelurahan. RBI menjadi gerakan kolektif seluruh pemangku kepentingan di akar rumput untuk melindungi anak dari berbagai bentuk kekerasan, termasuk kasus tragis filisida.
"Jika ruang bersama ini terbangun dengan baik, masyarakat akan memiliki kesadaran dan kapasitas untuk saling menjaga, sehingga risiko terjadinya kekerasan terhadap anak dapat dicegah sejak dini," tutur Pribudiarti.
Dengan sinergi antara pemerintah, keluarga, dan masyarakat, Kementerian PPPA optimistis upaya perlindungan anak dapat semakin kuat. Dengan begitu, kasus-kasus kekerasan ekstrem terhadap anak tidak terulang lagi.
Sebelumnya, kasus filisida maternal teranyar terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seorang ibu berinisial EN, 34, ditemukan tewas gantung diri. Sebelum, mengakhiri hidup, EN diduga meracun dua anaknya yang berusia 9 tahun dan 11 bulan di sebuah rumah kontrakan di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat, 5 September 2025
Peristiwa tragis ini diketahui pertama kali oleh YS, suami EN yang baru pulang kerja. Polisi juga menemukan sebuah surat wasiat yang ditinggalkan oleh korban, yang berisi penderitaan hidup dan kekesalan hati sang istri kepada suaminya.
Kemudian, kasus filisida juga terjadi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Agustus 2025. Kakak beradik berusia 6 dan 3 tahun ditemukan tewas di Pantai Sigandu, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Sementara ibunya berinisial VM, 31, ditemukan bersembunyi di dalam toilet portabel di sekitar lokasi kejadian.
Kejadian tragis ini bermula ketika VM membawa kedua anaknya ke tengah laut hingga keduanya tenggelam, pada Rabu, 30 Juli 2025. Namun, VM terseret ombak hingga ke tepi pantai. Ia pun kemudian bersembunyi di dalam toilet. Sore harinya, polisi menemukan VM dalam kondisi linglung.