Rupiah Tertindas Dolar AS Pagi Ini

Rupiah. Foto: Metrotvnews.com/Husen.

Rupiah Tertindas Dolar AS Pagi Ini

Husen Miftahudin • 18 June 2025 09:47

Jakarta: Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini mengalami pelemahan.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 18 Juni 2025, rupiah pada pukul 09.30 WIB berada di level Rp16.313 per USD. Mata uang Garuda tersebut melemah 23,5 poin atau setara 0,14 persen dari Rp16.289,5 per USD pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara menukil data Yahoo Finance, rupiah pada waktu yang sama berada di level Rp16.276 per USD. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah pada hari ini akan bergerak secara fluktuatif, meski demikian rupiah diprediksi akan melemah.

"Untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.270 per USD hingga Rp16.320 per USD," ujar Ibrahim dalam analisis harian.
 

Baca juga: Dolar Perkasa saat Ekonomi AS Was-was
 

Konflik Iran-Israel makin tegang


Di tengah harapan konflik akan mereda setelah laporan media Iran berusaha mengakhiri permusuhan. Namun, kekhawatiran meningkat setelah Presiden AS Donald Trump dalam sebuah posting media sosial mendesak semua orang untuk mengevakuasi ibu kota Iran, Teheran.

"Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran atas keterlibatan AS dalam konflik tersebut. Pejabat Gedung Putih mengklarifikasi AS tidak berencana untuk melibatkan diri secara langsung dalam konflik tersebut, dan upaya untuk menengahi gencatan senjata sedang berlangsung," papar Ibrahim.

Namun, serangan antara Israel dan Iran menunjukkan sedikit tanda-tanda akan berhenti, karena konflik baru tersebut memasuki hari kelima berturut-turut. Pasar AS juga diperkirakan akan gelisah sebelum keputusan suku bunga Federal Reserve pada Rabu.


(Ilustrasi kurs rupiah terhadap dolar AS. Foto: MI/Susanto)
 

BI enggan pangkas suku bunga lagi


Kata Ibrahim, peluang Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI Rate) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan 17-18 Juni 2025 dinilai relatif kecil. Hal tersebut terjadi karena tensi geopolitik dan perang Iran-Israel yang saat ini terjadi.

Di samping itu BI baru saja memangkas suku bunga pada pertemuan sebelumnya, sehingga ruang untuk kembali menurunkan suku bunga dalam waktu cepat menjadi terbatas. "Selain itu, meningkatnya ketegangan geopolitik global yang berpotensi mendorong ekspektasi inflasi ke depan," tutur dia.

Kemudian, Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat juga diperkirakan akan menunda rencana pemangkasan suku bunga acuannya. Hal ini dinilai akan semakin mempersempit ruang bagi BI untuk melanjutkan siklus pelonggaran moneter dalam waktu dekat.

"Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, pasar diperkirakan akan mengalihkan fokus pada stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi ketimbang mendorong pelonggaran moneter agresif dalam jangka pendek," urai Ibrahim.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)