Trump: Tarif Perdagangan Bisa Bantu Kurangi Pajak Penghasilan

Washington: Presiden AS Donald Trump mengatakan tarif perdagangan yang luas bisa membantunya memotong pajak penghasilan bagi orang-orang yang berpenghasilan kurang dari USD200 ribu per tahun, di tengah kekhawatiran yang meningkat terkait agenda ekonominya.

Trump mengulangi klaim sebelumnya bahwa pendapatan dari tarif perdagangan dapat membantu pemerintah AS mengurangi pajak penghasilan, meskipun dia belum menjelaskan klaim-klaim tersebut secara rinci.

"Ketika tarif mulai berlaku, pajak penghasilan banyak orang akan dikurangi secara substansial, mungkin bahkan dihilangkan sepenuhnya. Fokusnya akan pada orang-orang yang berpenghasilan kurang dari USD200 ribu per tahun," kata Trump dalam postingan di Truth.Social dikutip dari Investing.com, Senin, 28 April 2025.

Komentar Trump ini muncul sebelum tenggat waktu 2 Mei untuk penerapan penuh tarif perdagangan yang tinggi terhadap Tiongkok, yang tampaknya sudah memicu kenaikan harga bagi konsumen AS. Laporan media dan postingan media sosial selama akhir pekan menunjukkan platform e-commerce Tiongkok populer Temu dan Shein telah secara tajam menaikkan harga mereka untuk pelanggan AS minggu lalu.
 

Baca juga:  Menkeu AS Tidak Tahu soal Negosiasi Trump dengan Xi Jinping

(Ilustrasi. Foto: Pngtree)

Penerimaan bea cukai AS melonjak

Laporan Bloomberg menunjukkan penerimaan bea cukai AS melonjak lebih dari 60 persen pada April, dengan pemerintah federal mengumpulkan setidaknya USD5,4 miliar dalam bea cukai setelah gelombang pertama tarif Trump.

Namun, angka tersebut masih merupakan sebagian kecil dari pendapatan pajak penghasilan yang dikumpulkan oleh pemerintah federal, dan perlu jauh lebih besar untuk mendukung pernyataan Trump tentang pajak penghasilan yang lebih rendah.

Data Departemen Keuangan menunjukkan pemerintah telah mengumpulkan sekitar USD2,26 triliun dalam pendapatan pajak sejauh ini di tahun fiskal 2025, dengan lebih dari 50 persen pendapatan berasal dari pajak penghasilan individu.

Trump sebelumnya bulan ini mengumumkan serangkaian tarif perdagangan yang luas terhadap mitra dagang utama AS, meskipun reaksi keras terhadap rencananya membuat Presiden menunda sebagian besar tarif. Namun, dia menaikkan tarif terhadap Tiongkok menjadi 145 persen, memicu perang dagang yang sengit antara ekonomi terbesar dunia.