Ali Khamenei Tolak Proposal Nuklir AS, Bersumpah Tetap Perkaya Uranium

Ayatollah Khamenei menyampaikan ceramah selama salat Jumat di Teheran, Iran. (EPA/KHAMENEI OFFICIAL WEBSITE)

Ali Khamenei Tolak Proposal Nuklir AS, Bersumpah Tetap Perkaya Uranium

Riza Aslam Khaeron • 4 June 2025 15:45

Teheran: Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, secara tegas menolak proposal nuklir terbaru dari Amerika Serikat, dan bersumpah bahwa Teheran akan tetap memperkaya uranium.

Dalam pidatonya di Teheran pada peringatan wafatnya Ayatollah Ruhollah Khomeini, Khamenei mengatakan bahwa tuntutan AS untuk menghentikan pengayaan uranium bertentangan dengan prinsip kedaulatan Iran.

"Proposal nuklir AS bertentangan dengan keyakinan bangsa kita akan kemandirian dan prinsip 'Kita Bisa'," ujar Khamenei, Teheran, 4 Juni 2025, seperti dikutip Al-Jazeera.

Khamenei menegaskan bahwa pengayaan uranium adalah kunci bagi upaya Iran dalam mencapai kemerdekaan energi.

"Kemerdekaan berarti tidak menunggu lampu hijau dari Amerika dan negara semacam Amerika," sebutnya.

Dalam negosiasi yang terus berlangsung, AS disebut-sebut menawarkan pelonggaran sanksi dengan syarat Iran menghentikan atau mengurangi kadar pengayaan uranium. Namun, Khamenei menolak keras syarat tersebut.

"Beberapa orang mengira rasionalitas berarti tunduk kepada Amerika dan menyerah pada kekuatan yang menindas; ini bukan rasionalitas," tegasnya.

Khamenei juga menyindir tekanan dari Washington, dengan mengatakan bahwa mereka tidak punya hak ikut campur urusan domestik Iran.

"Mengapa kalian ikut campur soal apakah Iran boleh memperkaya uranium atau tidak? Kalian tidak berhak menentukan," ujarnya.

Melansir Al-Jazeera, laporan terbaru dari media Israel menyebutkan bahwa proposal AS yang ditawarkan pada 31 Mei 2025 mencakup pembentukan konsorsium internasional untuk pengayaan uranium sipil. Konsorsium itu hanya akan dipertimbangkan Iran jika beroperasi di dalam wilayahnya.
 

Baca Juga:
Israel Dikabarkan Siapkan Serangan ke Iran Jika Negosiasi Trump Gagal

Bila di luar, maka menurut seorang pejabat Iran, "pasti akan gagal."

Proposal itu juga mengizinkan Iran mempertahankan pengayaan tingkat rendah sebesar 3% untuk keperluan medis dan energi sipil, asalkan fasilitas bawah tanahnya ditutup sementara. AS juga meminta Iran menghentikan riset sentrifugal dan produksi uranium dengan kadar lebih tinggi.

Menurut media Israel, pembicaraan antara utusan AS Steve Witkoff dan Menlu Iran Abbas Araghchi telah melalui lima putaran, dengan kemungkinan pertemuan keenam akan berlangsung akhir pekan ini di kawasan Timur Tengah.

Sementara itu, laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengungkapkan bahwa Iran telah meningkatkan produksi uranium yang diperkaya mendekati tingkat senjata nuklir sebesar 50% dalam tiga bulan terakhir. Meski belum mencapai level 90% yang diperlukan untuk senjata atom, kadar ini jauh melebihi kebutuhan energi sipil sebesar 4%.

Iran, bagaimanapun, menolak laporan IAEA dan menyebutnya sebagai "bermotif politik dan mengulang tuduhan tanpa dasar."

Presiden AS Donald Trump melalui utusannya, Steve Witkoff, kembali menegaskan bahwa pengayaan uranium oleh Teheran adalah "garis merah" yang tidak dapat ditoleransi dalam kesepakatan apa pun.

Dengan situasi yang semakin tegang ini, prospek tercapainya kesepakatan nuklir baru antara AS dan Iran tampak semakin suram.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Surya Perkasa)