Israel Dikabarkan Siapkan Serangan ke Iran Jika Negosiasi Trump Gagal

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) dan Presiden AS Donald J. Trump (kiri). (EFE/EPA/Jim Lo Scalzo/Pool)

Israel Dikabarkan Siapkan Serangan ke Iran Jika Negosiasi Trump Gagal

Riza Aslam Khaeron • 22 May 2025 15:41

Tel Aviv: Israel dilaporkan tengah mempersiapkan rencana serangan militer ke fasilitas nuklir Iran jika negosiasi yang dimediasi Presiden AS Donald Trump gagal mencapai kesepakatan nuklir. Melansir Axios, dua sumber dari pejabat Israel menyatakan bahwa persiapan tersebut dipicu oleh perubahan sikap komunitas intelijen Israel yang kini menilai perundingan berisiko besar gagal.

"Militer Israel menilai bahwa jendela waktu operasional untuk melakukan serangan efektif akan segera tertutup, sehingga tindakan harus diambil dengan cepat jika pembicaraan gagal," ujar salah satu sumber, dikutip dari Axios, Kamis, 22 Mei 2025.

Keduanya mengonfirmasi laporan CNN sebelumnya yang menyebut Israel Defense Forces (IDF) telah menggelar latihan intensif dalam beberapa pekan terakhir.

"Ada banyak latihan dan militer AS memahami bahwa Israel sedang bersiap," ujar salah satu narasumber.

Laporan CNN, Selasa, 20 Mei 2025, mengungkap bahwa intelijen AS memperoleh bukti baru bahwa Israel mempersiapkan serangan ke fasilitas nuklir Iran, bahkan ketika pemerintahan Trump masih menempuh jalur diplomasi. Laporan tersebut menyebut adanya pergerakan amunisi udara dan latihan udara berskala besar yang diawasi langsung oleh mitra intelijen Amerika.

“Kemungkinan Israel melakukan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran meningkat signifikan dalam beberapa bulan terakhir,” ujar sumber CNN.

CNN juga menyebut bahwa rencana ini akan menjadi pelanggaran terbuka terhadap garis kebijakan Trump dan bisa memicu konflik besar di kawasan.

“Bahkan jika Israel memutuskan bergerak tanpa restu eksplisit, mereka ingin setidaknya ada persetujuan diam-diam dari AS,” ujar Jonathan Panikoff, mantan pejabat intelijen regional.

Sebelumnya pada bulan April, The New York Times melaporkan bahwa Trump sempat "membatalkan" serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran yang direncanakan pada Mei 2025.

Dalam laporan itu, para pejabat AS menyebut bahwa Israel telah mempersiapkan operasi besar, termasuk gabungan serangan udara dan serbuan komando untuk menghancurkan situs pengayaan uranium Iran. Namun Trump lebih memilih jalur diplomatik dan meminta Netanyahu menahan diri.

"Saya tidak terburu-buru memilih jalur militer. Saya pikir Iran bisa punya masa depan cerah tanpa senjata nuklir," ujar Trump, dikutip dari The New York Times, 16 April 2025.

Meski demikian, dokumen internal menunjukkan bahwa AS tetap memindahkan pesawat pembom B-2 ke Diego Garcia dan dua kapal induk ke Laut Arab, sebagai sinyal bahwa opsi militer tetap terbuka.

Melansir NYT pada bulan April, sejumlah pejabat AS, termasuk Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard dan Wakil Presiden J.D. Vance, memperingatkan bahwa dukungan terhadap serangan Israel dapat memicu konflik regional yang lebih luas.
 

Baca Juga:
Iran Tolak Setop Pengayaan Uranium

Kembali pada laporan saat ini, berdasarkan Axios pada 22 Mei 2025, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang menunggu momen di mana Trump merasa kecewa terhadap Iran, untuk meminta izin melakukan serangan.

"Bibi sedang menunggu negosiasi runtuh dan Trump kecewa, lalu memberinya lampu hijau," kata sumber Axios, menggunakan nama panggilan Netanyahu.

Namun, seorang pejabat AS mengungkapkan kekhawatiran bahwa Netanyahu bisa saja bergerak tanpa restu resmi dari Presiden Trump. Menurut laporan itu, Netanyahu baru-baru ini mengadakan rapat rahasia bersama menteri senior serta pejabat keamanan dan intelijen terkait status pembicaraan nuklir.

Putaran kelima perundingan nuklir AS-Iran dijadwalkan berlangsung pada Jumat di Roma. Pada pertemuan sebelumnya sepuluh hari lalu, utusan Gedung Putih Steve Witkoff menyerahkan proposal tertulis kepada perwakilan Iran. Namun negosiasi menemui jalan buntu terkait isu pengayaan uranium.

"Kita memiliki satu garis merah yang sangat jelas: pengayaan. Kita tidak bisa membiarkan adanya kemampuan pengayaan bahkan 1%," ujar Witkoff dalam wawancaranya dengan ABC, dikutip Axios. Sementara itu, Iran bersikukuh tidak akan menandatangani kesepakatan jika tidak diizinkan melakukan pengayaan domestik.

Jika serangan benar dilakukan, dua sumber Israel menyebut bahwa operasi itu bukan serangan satu kali, melainkan kampanye militer yang berlangsung setidaknya selama satu pekan. Operasi tersebut disebut sangat kompleks dan berisiko, dengan potensi menimbulkan dampak radiasi dan ketidakstabilan regional.

Netanyahu menyatakan dalam konferensi persnya pada Senin bahwa Israel dan AS "sepenuhnya sejalan" dalam isu Iran.

"Kami menghormati kepentingan mereka dan mereka menghormati kepentingan kami, dan semuanya hampir sepenuhnya selaras," ujarnya.

Namun ia menegaskan bahwa Israel tetap mempertahankan hak untuk membela diri dari rezim yang dianggap mengancam eksistensinya.

"Tapi dalam kondisi apa pun, Israel mempertahankan hak untuk membela diri dari rezim yang mengancam akan memusnahkannya," tegas Netanyahu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyampaikan kepada Witkoff bahwa Iran membuka opsi kesepakatan nuklir sementara, karena target waktu Trump dianggap tidak realistis.

Trump diketahui memberikan batas dua bulan untuk menyelesaikan perundingan dan telah mengerahkan kekuatan militer AS di Timur Tengah sebagai cadangan jika diplomasi gagal.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Surya Perkasa)