Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy Pujianto
Annisa Ayu Artanti • 5 November 2024 17:02
Jakarta: Nilai tukar
rupiah terpantau menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini. Rupiah mampu mengalahkan mata uang negeri Paman Sam itu empat poin.
Mengacu data
Bloomberg, Selasa sore, 5 November 2024 rupiah terpantau menguat empat poin atau 0,03 persen dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin menjadi Rp15.748,5 per USD.
Sementara itu, berdasarkan data
Yahoo Finance, rupiah menguat 19 poin atau 0,12 persen menjadi Rp15.730 per USD.
Sentimen pertumbuhan ekonomi mendongkrak penguatan rupiah sore ini. Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 tercatat mencapai 4,95 perse secara tahunan (YoY).
Untuk produk domestik bruto atau PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada kuartal III-2024 mencapai Rp5.638,9 triliun. Adapun, PDB berdasarkan harga konstan mencapai Rp3.279,6 triliun.
"Pertumbuhan ekonomi RI kuartal III-2024 tumbuh 4,95 persen dari pergerakan kuartal II-2024. Namun, pada kuartal II-2024 pertumbuhan ekonomi masih lebih tinggi, yakni 5,05 persen (YoY). Bila dibandingkan dengan triwulan II-2024 tumbuh 1,50 persen QtQ," jelas Ibrahim.
(2).jpg)
Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy P
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sebelumnya, konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg menghasilkan nilai tengah (median) proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen.
Berdasarkan proyeksi itu, terdapat peluang pertumbuhan ekonomi kuartal III-2024 lebih rendah dari kuartal sebelumnya maupun periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, penguatan rupiah terhambat karena para pedagang sebagian besar tetap menghindari risiko sebelum pemilihan presiden AS.
Hal itu melemahkan taruhan pada pemotongan suku bunga yang lebih dalam oleh Fed yang membuat para pedagang waspada dan berdampak terhadap kedigdayaan indeks dolar AS.
The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, lebih kecil dari pemangkasan sebesar 50 basis poin yang dilakukan pada bulan September.
"Namun, prospek pemangkasan di masa mendatang akan diawasi dengan ketat, terutama karena data terbaru menunjukkan kekuatan ekonomi AS dan inflasi yang tinggi," jelas dia.