Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. Mengutip Bloomberg, Kamis, 8 Juni 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp14.895 per USD, turun 17,5 poin atau setara 0,12 persen dari posisi Rp14.877 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan rupiah utamanya disebabkan oleh penurunan batas bawah asumsi dasar pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk pembicaraan pendahuluan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2024.
Adapun dalam kesepakatan bersama Komisi XI DPR, asumsi dasar pertumbuhan ekonomi ditetapkan dalam rentang 5,1 persen secara tahunan (yoy) sampai 5,7 persen (yoy), menurun dari kisaran 5,3 persen (yoy) hingga 5,7 persen (yoy) pada Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN Tahun 2024 yang disampaikan pemerintah sebelumnya.
"Penurunan target pertumbuhan ekonomi untuk 2024 mengindikasikan risiko ke depan masih terus meningkat. Hal ini juga sejalan dengan proyeksi beberapa lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi akan melemah pada semester kedua 2023 dan berlanjut pada 2024," ungkap Ibrahim dalam analisis hariannya.
Hal tersebut, lanjutnya, bisa terlihat dari ketidakpastian mengenai evolusi perang agresi Rusia terhadap Ukraina dan dampak globalnya tetap menjadi perhatian utama terutama suku bunga yang tinggi dan inflasi.
"Beberapa kondisi yang menguntungkan yang membantu mengurangi permintaan energi tahun ini, seperti musim dingin yang ringan di Eropa, mungkin tidak akan terulang tahun depan," sebut dia.
Faktor eksternal
Sementara itu, dari luar negeri Ibrahim memandang dolar AS sedikit melemah namun tetap mendekati level tertinggi dalam dua bulan terakhir, meskipun mendapat beberapa dukungan dari mata uang AS yang lebih tinggi.
Imbal hasil Treasury turun karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga lain oleh Federal Reserve, bahkan jika berhenti minggu depan.
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama setahun minggu depan, dan ekspektasi berkembang hal ini bisa menjadi posisi sementara dan kenaikan suku bunga lainnya masih merupakan kemungkinan yang berbeda tahun ini, mungkin pada Juli.
"Harapan yang meningkat ini suku bunga AS mungkin harus naik lebih lanjut karena kenaikan suku bunga yang mengejutkan oleh Bank of Canada dan Reserve Bank of Australia minggu ini, dengan kedua bank sentral mengeluhkan sifat lengket inflasi mereka," papar Ibrahim.
The Fed sendiri menurutnya akan melihat harga konsumen terbaru sebelum membuat keputusan tentang suku bunga, dan setiap kenaikan dari angka tahunan 4,9 persen pada Mei kemungkinan akan memperkuat kenaikan lainnya.
Selain itu, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa mencapai nada hawkish dan memandu lebih banyak kenaikan suku bunga akan terjadi, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Data lainnya menunjukkan ekspor Tiongkok menyusut jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada Mei. Sementara impor terus memperpanjang penurunan, sehingga meningkatkan keraguan tentang pemulihan ekonomi negara yang rapuh," ujarnya.
Ia memprediksi, rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar masih alami pelemahan. "Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.870 per USD hingga Rp14.950 per USD," tutup Ibrahim.