Aktivis Turki-Amerika Aysenur Eygi dibunuh Israel di Tepi Barat. Foto: Anadolu
Marcheilla Ariesta • 12 September 2024 06:35
Washington: Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menyebut pembunuhan aktivis Turki-Amerika oleh Israel di Tepi Barat yang diduduki sebagai "tragedi yang mengerikan."
Pernyataannya berbeda dengan Presiden Joe Biden yang menyebut pembunuhan itu sebagai kecelakaan.
"Pembunuhan Aysenur Eygi adalah tragedi mengerikan yang seharusnya tidak pernah terjadi," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu, Rabu, 11 September 2024.
"Aysenur sedang melakukan protes damai di Tepi Barat menentang perluasan permukiman ketika kehidupan mudanya berakhir tanpa alasan," kata Harris.
Aysenur Ezgi Eygi, 26 tahun, warga negara Turki-AS, dibunuh oleh pasukan Israel selama protes Jumat pekan lalu terhadap permukiman ilegal Israel di kota Beita, di luar Nablus.
Dia tiba di Tepi Barat Selasa lalu untuk menjadi sukarelawan Gerakan Solidaritas Internasional sebagai bagian dari upaya untuk mendukung dan melindungi petani Palestina.
"Tidak seorang pun boleh dibunuh karena berpartisipasi dalam protes damai. Penembakan yang menyebabkan kematiannya tidak dapat diterima dan menimbulkan pertanyaan yang sah tentang perilaku personel IDF (tentara Israel) di Tepi Barat. Israel harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa insiden seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi," kata Harris.
Ia menambahkan bahwa penyelidikan awal Israel menunjukkan bahwa insiden itu adalah hasil dari kesalahan tragis yang menjadi tanggung jawab IDF.
"Kami akan terus mendesak pemerintah Israel untuk memberikan jawaban dan akses berkelanjutan ke temuan penyelidikan sehingga kami dapat yakin dengan hasilnya. Harus ada akuntabilitas penuh," tambah Harris.
AS akan terus meminta pertanggungjawaban siapa pun di Tepi Barat, warga Israel dan
Palestina, yang memicu kekerasan dan merusak perdamaian dan stabilitas.
Eygi, lahir di Antalya, Turki pada 1998. Eygi pindah ke AS bersama keluarganya saat ia masih bayi dan lulus pada Juni dari Washington University, tempat ia belajar psikologi dan bahasa serta budaya Timur Tengah.
Sementara itu, yang merupakan kandidat Presiden AS dari Partai Demokrat itu mendapat tekanan dari banyak orang di partai untuk mengambil sikap lebih tegas terhadap perang panjang dan mematikan Israel terhadap Jalur Gaza, serta kekerasan pemukim ilegal dan operasi militer Israel di Tepi Barat.