Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Candra Yuri Nuralam • 20 October 2023 17:39
Jakarta: Persepsi masyarakat Indonesia saat ini dinilai mengarah ke kosmopolit. Perbedaan ras untuk calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres) diyakini tidak akan menjadi masalah lagi.
"Saya kalau melihat kemarin, saya kemudian menjadi optimistik bahwa Indonesia itu sebenarnya makin lama makin kosmopolit, tidak masalah kita punya bakal capres yang rasnya Arab, mungkin suatu hari Chinese," kata Peneliti dari Exposit Strategic Arif Susanto dalam telekonferensi pada Jumat, 20 Oktober 2023.
Kosmopolit adalah gagasan bahwa seluruh umat manusia adalah anggota dari satu komunitas yang sama. Masyarakat Indonesia diyakini saat ini sudah tidak risih dengan perbedaan ras.
"Mungkin suatu hari yang lain, dan kita tidak punya rasa risih untuk menyebut itu sebagai memang latar identitasnya begitu," ucap Arif.
Tren ini dinilai positif. Arif meyakini politik kebencian tidak akan membuat kegaduhan dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Itu membuat saya kemudian menjadi optimistik bahwa 2024 nanti politik kebencian berbasis identitas, yang menggema begitu kencang dalam dua pemilu terakhir, kalaupun tidak bisa dihapuskan setidaknya kempis lah ya," ujar Arif.
Dia juga meyakini isu rasial dalam pemilu nanti tidak akan laku. Sebab, relevansinya sudah tidak pas.
"Saya berharap memang mudah-mudahan itu sungguh-sungguh menjadi tidak relevan di tahun 2024 nanti untuk membicarakan tentang identitas ras, atau identitas keagamaan, identitas-identitas lain dalam konteks kebencian," kata Arif.
Seluruh kubu juga dinilai tidak akan memanas jika asal usulnya dibahas. Sebab, identitas itu merupakan jati diri yang melekat selamanya.
"Kalau menyebut Mahfud orang Madura, jelas orang Madura, menyebut Cak Imin sebagai orang Jombang, itu jelas juga, tapi itu tidak harus diletakkan dalam konteks kebencian," tutur Arif.