Trump Menang di AS, Mungkinkah Ada Harapan untuk Palestina?

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bersama Donald Trump di tahun 2017. (Anadolu Agency)

Trump Menang di AS, Mungkinkah Ada Harapan untuk Palestina?

M Rodhi Aulia • 11 November 2024 07:38

Jakarta: Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS membawa harapan baru bagi komunitas Muslim Amerika-Arab yang mendambakan perubahan kebijakan AS di Timur Tengah. Dalam pidato kemenangannya, Trump berjanji, "I’m not going to start wars, I’m going to stop wars," yang membangkitkan optimisme terkait perdamaian di Gaza. Pernyataan ini dianggap sebagai angin segar setelah kegagalan pemerintahan sebelumnya dalam menyelesaikan konflik Palestina.

Di Michigan, Trump berhasil meraih dukungan besar dari pemilih Muslim Amerika-Arab berkat janjinya untuk menghentikan perang dan mengutamakan perdamaian. Dukungan ini menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri AS sangat diperhatikan oleh komunitas Muslim di Amerika. "Suara Muslim Amerika-Arab memainkan peran besar dalam kemenangan Trump, terutama di Michigan," kata Pengamat Timur Tengah yang juga Ketua Harian Institute of Democracy and Education (IDE) Indonesia, Nata Sutisna, Senin 11 November 2024.

Namun, Nata mengingatkan agar masyarakat tidak cepat berharap pada janji Trump, mengingat rekam jejaknya yang justru mendukung Israel secara signifikan. Ia menekankan bahwa meskipun Trump terlihat pro-kedamaian, kebijakan sebelumnya justru bertolak belakang dengan komitmen tersebut. 

"Langkah Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel sangat melukai hati warga Palestina, seakan-akan warga Palestina tidak mempunyai hak apapun, bahkan terhadap Masjid al-Aqsha yang letaknya di Jerusalem," ujar Nata.

Baca juga: Trump Tidak Ajak Nikki Haley dan Mike Pompeo ke Pemerintahan Baru


Kebijakan Trump yang memindahkan Kedutaan AS ke Jerusalem dianggap mengabaikan hak-hak Palestina dan memperburuk konflik yang ada. Menurut Nata, kebijakan luar negeri Trump pada masa lalu lebih mengutamakan kepentingan Israel daripada solusi damai untuk Palestina. “Di masa jabatannya yang pertama, Trump mendorong negara-negara Teluk untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, tanpa mempertimbangkan dampaknya bagi Palestina,” jelasnya.

Langkah-langkah tersebut menunjukkan prioritas AS terhadap Israel, meskipun Trump berjanji akan menghentikan perang. Nata menilai janji ini perlu diawasi agar tidak menjadi sekadar strategi politik. “Sulit untuk percaya bahwa janji Trump tulus, mengingat kebijakan-kebijakan pro-Israel yang diambilnya selama periode pertama,” tambah Nata.

Nata juga menekankan pentingnya pengawasan terhadap kebijakan luar negeri Trump agar Timur Tengah menjadi kawasan yang lebih adil. AS memiliki peran besar dalam mengatasi konflik ini, mengingat pengaruhnya di dunia internasional. "Kita harus terus mengawal janji-janji Trump untuk kedamaian di Timur Tengah, karena dampaknya sangat besar bagi Palestina," ujarnya.

Nata mengutip pidato Bung Karno di PBB tahun 1960 sebagai pengingat agar mewujudkan kehidupan umat manusia yang berdaulat dan merdeka. Ia menekankan bahwa janji Trump perlu diwujudkan secara nyata dan menambahkan bahwa Trump dapat belajar dari pendekatan damai China dalam mempertemukan Saudi dan Iran baru-baru ini. 

“Luka Palestina yang berlangsung puluhan tahun belum sembuh; jangan sampai datang luka-luka baru,” ujarnya.

“Trump bisa melihat negara lain sebagai mitra setara dan berkontribusi untuk perdamaian yang nyata, bukan sekadar janji politik," pungkas Nata.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)