Ilustrasi. Foto: dok MI.
Husen Miftahudin • 9 October 2023 16:53
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini kembali mengalami pelemahan. Bahkan, posisi mata uang Garuda tersebut nyaris ke level Rp15.700 per USD.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 9 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.692 per USD. Mata uang Garuda tersebut turun sebanyak 79 poin atau setara 0,51 persen dari posisi Rp15.613 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 79 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 95 poin di level Rp15.692 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.612 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Memanasnya tensi geopolitik global
Menurut Ibrahim, sentimen risiko menjadi rapuh setelah pasukan Israel bentrok dengan orang-orang bersenjata dari kelompok Palestina Hamas pada akhir pekan, beberapa jam setelah militan melancarkan serangan mendadak terhadap Israel.
Selain itu, data CPI dapat memperkuat nada
hawkish The Fed Greenback mendapat keuntungan pada akhir pekan lalu dengan dirilisnya data payrolls yang lebih kuat dari perkiraan, dengan rilis menunjukkan lapangan kerja AS mengalami peningkatan terbesar dalam delapan bulan terakhir pada September.
"Indikasi pasar tenaga kerja yang masih ketat akan membuat fokus lebih besar pada rilis data inflasi konsumen bulan September minggu ini, mengingat angka inflasi yang tinggi dapat memperkuat pesan The Fed bahwa
suku bunga harus tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," terang Ibrahim.
Laporan CPI Agustus menunjukkan kenaikan tercepat dalam 14 bulan terakhir seiring melonjaknya harga bensin, meskipun inflasi inti, yang tidak termasuk biaya makanan dan bahan bakar, naik pada laju paling lambat dalam hampir dua tahun.
Kemudian, harga minyak melonjak tajam sebagai dampaknya, yang berdampak negatif pada mata uang tunggal mengingat Jerman, ekonomi dominan di zona euro, mempunyai paparan yang tinggi terhadap biaya energi.
Selain itu, output industri Jerman menyusut pada Agustus selama empat bulan berturut-turut, turun 0,2 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sedikit lebih besar dari perkiraan penurunan 0,1 persen.
"Di Asia, Tiongkok kembali dari liburan Golden Week. Cadangan devisa negara tersebut turun lebih besar dari perkiraan pada September," beber Ibrahim.
Baca juga: Investor Cermati Data Lapangan Kerja AS
Diseret penurunan cadangan devisa
Sementara itu, cadangan devisa Indonesia diperkirakan masih berpotensi mengalami peningkatan hingga akhir tahun. Di satu sisi, prospek penurunan cadangan devisa dipengaruhi oleh adanya risiko penurunan surplus perdagangan yang memicu defisit transaksi berjalan di tengah penurunan harga komoditas.
"Di sisi lain, penerapan instrumen Term Deposit (TD) Valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) Bank Indonesia (BI) untuk menampung minimal 30 persen hasil ekspor selama tiga bulan di dalam negeri diharapkan dapat mengendalikan cadangan devisa," jelas Ibrahim.
Selain itu, ketidakpastian terkait arah suku bunga the Fed ke depan dapat berkurang pada pertemuan FOMC bulan November 2023, dan ruang penurunan suku bunga mungkin terbuka pada 2024.
"Kondisi ini dapat mengubah risk appetite investor, sehingga berpotensi mendorong arus modal masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," aku dia.
Adapun cadangan devisa RI susut ke level terendah 2023 yang anjlok menjadi USD134,9 miliar pada September 2023. Secara keseluruhan, cadangan devisa diperkirakan akan mencapai kisaran USD133 miliar hingga USD138 miliar pada akhir 2023.
"Penurunan (cadangan devisa) tersebut terutama dipengaruhi oleh pelunasan utang luar negeri pemerintah dan perlunya stabilitas nilai tukar rupiah sebagai respons dari meningkatnya ketidakpastian di pasar keuangan global," terang Ibrahim.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami pelemahan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.680 per USD hingga Rp15.760 per USD," tutup Ibrahim.