Ilustrasi emas. Foto: MI/Usman Iskandar.
Husen Miftahudin • 30 October 2024 10:35
Jakarta: Harga emas (XAU/USD) kembali menjadi sorotan setelah mencapai rekor tertinggi baru di kisaran USD2.770 pada perdagangan Selasa (29/10). Kenaikan ini dipicu oleh data terbaru dari Survei Lowongan Kerja dan Perputaran Karyawan (JOLTS) AS yang menunjukkan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran.
Dalam laporannya, lowongan pekerjaan di Negeri Paman Sam tersebut mencapai angka 7,44 juta pada periode September 2024. Angka ini lebih rendah dari perkiraan yang mencapai 8 juta.
Menurut analis dari Dupoin Indonesia Andy Nugraha, penurunan angka lowongan pekerjaan ini menambah kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dan dapat meningkatkan kemungkinan Federal Reserve (The Fed) untuk segera menurunkan suku bunga.
"Kebijakan suku bunga yang lebih rendah dianggap menguntungkan emas karena aset ini tidak memberikan bunga, sehingga lebih menarik saat imbal hasil aset lain melemah," ungkap Nugraha dikutip dari analisis hariannya, Rabu, 30 Oktober 2024.
Berdasarkan indikator Moving Average yang saat ini terbentuk, Nugraha mengungkapkan tren bullish emas semakin menguat, dan potensi kenaikan masih terbuka hingga ke level USD2.800. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), kemungkinan emas akan mengalami koreksi hingga ke target terdekatnya di USD2.763.
(Ilustrasi pergerakan harga emas. Foto: dok Bappebti)
Selain data tenaga kerja, harga emas juga mendapat dukungan dari penurunan harga minyak mentah. Harga minyak global mengalami penurunan signifikan, dengan harga Brent jatuh sekitar enam persen pada perdagangan Senin.
Penurunan harga minyak ini didorong oleh laporan Israel hanya menyerang target militer di Iran, sehingga instalasi minyak dan nuklir Iran tetap aman dari serangan. Harga minyak yang lebih rendah berpotensi mengurangi tekanan inflasi global, karena bahan bakar merupakan salah satu komponen utama dalam biaya produksi dan transportasi.
Dengan adanya tekanan inflasi yang lebih rendah, peluang bagi bank sentral, termasuk The Fed, untuk menurunkan suku bunga semakin besar. Bagi emas, yang merupakan aset yang tidak membayar bunga, kondisi suku bunga rendah akan semakin meningkatkan daya tariknya bagi para investor.
Baca juga: Didorong Data Tenaga Kerja AS, Harga Emas Cetak All Time High Lagi |