Orang-orang mengeluarkan jenazah dari lokasi serangan roket Israel di kamp pengungsi Al-Shati di sebelah barat Kota Gaza, 14 Oktober 2023. EFE/EPA/MOHAMMED SABER)
Jenewa: Isu keterlibatan perusahaan multinasional dan korporasi besar dalam mendukung kejahatan perang Israel di Gaza selalu menjadi sorotan dunia.
Meskipun sudah menjadi rahasia umum bahwa Israel melakukan beberapa tindakan kejahatan perang yang beberapa pihak sebut memiliki tujuan genosida, beberapa perusahaan internasional tetap diam dan bahkan aktif mendukung operasi militer yang telah memakan lebih dari 50 ribu korban jiwa di Gaza.
Baru-baru ini, pada 30 Juni 2025, Dewan HAM PBB (United Nations Human Rights Council) atau OHCHR mengeluarkan laporan investigasi secara mendalam keterlibatan perusahaan-perusahaan global dalam menopang ekonomi, militer, dan teknologi pendudukan serta genosida di Gaza, serta menuntut pertanggungjawaban dan akuntabilitas korporasi dan para eksekutifnya di level internasional.
Berikut merupakan daftar perusahaan-perusahaan utama yang diduga mendukung kejahatan perang Israel di Gaza beserta jenis dan bentuk kontribusinya.
1. Elbit Systems
Elbit Systems adalah perusahaan pertahanan terbesar di Israel yang berperan vital dalam menyediakan senjata, drone, dan sistem pengawasan yang digunakan dalam operasi militer di Gaza. Melansir laporan PBB, Elbit Systems sejak 2023 memperkuat kerja sama dengan Kementerian Pertahanan Israel, bahkan menempatkan staf kunci mereka di kementerian tersebut.
Elbit menerima penghargaan Israeli Defense Prize 2024 dan menjadi pemasok utama senjata domestik untuk IDF, termasuk drone yang digunakan untuk pengintaian dan serangan udara ke Gaza.
“Elbit Systems dan
Israel Aerospace Industries menjadi dua perusahaan senjata terkemuka yang memasok persenjataan utama bagi militer Israel, sekaligus memperkuat aliansi militer melalui ekspor senjata dan pengembangan teknologi militer bersama,” tulis OHCHR.
Elbit juga mendapat lonjakan profit besar seiring meningkatnya anggaran militer
Israel sebesar 65% pada 2024.
2. Israel Aerospace Industries (IAI)
Israel Aerospace Industries (IAI) adalah perusahaan negara yang memproduksi berbagai sistem militer seperti drone, sistem pertahanan udara, serta komponen pesawat tempur F-35. Bersama Elbit, IAI menyediakan suplai domestik senjata dan teknologi yang sangat vital dalam operasi militer Israel di
Gaza, khususnya dalam penggunaan drone untuk pengintaian dan penyerangan.
Laporan PBB mencatat bahwa keuntungan IAI melonjak drastis sejak dimulainya invasi besar-besaran ke Gaza pada Oktober 2023, sejalan dengan melonjaknya permintaan alat tempur dari IDF. Kolaborasi erat dengan Elbit Systems juga membuat IAI memperkuat posisi sebagai produsen senjata papan atas dunia.
3. Lockheed Martin
Lockheed Martin, perusahaan pertahanan asal Amerika Serikat, merupakan produsen utama pesawat tempur F-35 dan F-16 yang digunakan dalam serangan udara Israel ke Gaza. F-35 yang diproduksi Lockheed Martin mampu membawa lebih dari 8.000 kilogram bom dan roket, termasuk bom JDAM dan MK-84 yang digunakan secara masif di Gaza.
Program F-35 Israel didukung lebih dari 1.650 perusahaan global, di mana Lockheed Martin menjadi pemimpin konsorsium.
4. Leonardo S.p.A
Leonardo S.p.A adalah perusahaan pertahanan asal Italia yang memasok komponen penting untuk pesawat F-35
Israel, serta menjalin kerja sama dalam pengembangan teknologi militer canggih lainnya. Leonardo menjadi salah satu pemasok komponen utama untuk pesawat tempur generasi terbaru yang digunakan Israel di
Gaza.
5. Palantir Technologies
Palantir Technologies berperan sebagai penyedia utama kecerdasan buatan (AI), predictive policing, dan platform data yang memudahkan integrasi data pertempuran secara real time bagi militer Israel. L
“Palantir menyediakan predictive policing, infrastruktur inti untuk perangkat lunak militer, serta AI Platform yang memungkinkan integrasi data pertempuran secara real time untuk pengambilan keputusan otomatis di medan tempur," tulis OHCHR.
Pada Januari 2024, Palantir mengumumkan kemitraan strategis baru dengan Israel dan secara terbuka menyatakan solidaritas dengan operasi militer Israel di Tel Aviv.
6. IBM
IBM telah beroperasi di Israel sejak 1972 dan menyediakan sistem cloud serta database biometrik bagi pemerintah
Israel. IBM Israel mengelola dan meningkatkan database kependudukan dan imigrasi Israel yang digunakan dalam sistem perizinan serta pengawasan, yang berdampak langsung pada diskriminasi terhadap warga Palestina.
IBM juga dikenal melatih personel militer Israel dalam bidang teknologi informasi, memperkuat transfer teknologi antara sektor militer dan sipil Israel, serta mendukung infrastruktur digital apartheid Israel.
7. Hewlett Packard (HP & HPE)
HP dan Hewlett Packard Enterprise menyediakan server, infrastruktur digital, serta layanan teknologi yang digunakan dalam sistem identifikasi, pengawasan, dan manajemen populasi di wilayah pendudukan.
Teknologi HP diketahui mendukung sistem perizinan diskriminatif, pengawasan di pos pemeriksaan, serta layanan data biometrik yang digunakan Israel untuk mengontrol pergerakan warga Palestina. Setelah pecah menjadi dua entitas (HP Inc dan HPE) pada 2015, kedua perusahaan tetap mempertahankan hubungan bisnis dan layanan di Israel melalui sejumlah anak usaha.
8. Microsoft
Microsoft mengoperasikan pusat teknologi terbesar di luar AS di
Israel sejak 1991. Sistem cloud dan kecerdasan buatan Microsoft digunakan dalam berbagai institusi Israel, mulai dari militer, polisi, hingga universitas dan sekolah di permukiman ilegal.
Microsoft diketahui aktif mengakuisisi perusahaan keamanan siber lokal untuk memperkuat teknologi pengawasan dan keamanan digital yang digunakan oleh pemerintah dan militer Israel. Sejak 2003, teknologi Microsoft terintegrasi dalam berbagai sistem militer, termasuk pengembangan cloud dan layanan IoT (internet of things) untuk pengelolaan data besar dan automasi pengawasan.
9. Alphabet Inc. (Google) & Amazon.com, Inc.
Google dan Amazon melalui proyek “Nimbus” senilai lebih dari US$1,2 miliar, menjadi penyedia utama layanan cloud, analitik data, dan kecerdasan buatan untuk Kementerian Pertahanan Israel.
Server mereka yang berlokasi di Israel memberikan kontrol penuh data sensitif kepada pemerintah dan militer Israel, serta digunakan untuk analisis data skala besar dan pengambilan keputusan dalam operasi militer di
Gaza.
Kedua perusahaan ini juga disebut menawarkan kontrak yang minim pengawasan, sehingga memungkinkan penggunaannya untuk tujuan militer tanpa akuntabilitas eksternal.
10. NSO Group
NSO Group adalah perusahaan teknologi keamanan
Israel yang terkenal dengan spyware “Pegasus”, digunakan untuk memata-matai aktivis, jurnalis, hingga pejabat Palestina. Produk ini juga dijual ke berbagai negara dan memperkuat infrastruktur pengawasan serta represi terhadap warga Palestina.
NSO didirikan oleh eks anggota Unit 8200 militer Israel dan mengembangkan berbagai perangkat lunak pengawasan yang berperan dalam menegakkan rezim apartheid digital di Israel.
11. FANUC Corporation
FANUC Corporation asal Jepang memasok mesin robotik untuk lini produksi senjata yang digunakan oleh Israel Aerospace Industries, Elbit Systems, dan Lockheed Martin. Keterlibatan FANUC mendukung produksi massal senjata canggih yang digunakan dalam operasi militer di
Gaza dan membantu mempercepat alur produksi persenjataan Israel.
12. Maersk
A.P. Moller – Maersk A/S adalah perusahaan logistik dan pelayaran asal Denmark yang berperan penting dalam pengiriman komponen, suku cadang, dan alat berat militer dari dan ke Israel pasca Oktober 2023. Maersk disebut secara langsung memfasilitasi logistik dan suplai perlengkapan militer ke
Israel yang digunakan dalam operasi di Gaza.
Berdasarkan laporan resmi PBB dan investigasi internasional terbaru, sejumlah perusahaan besar dunia dari sektor pertahanan, teknologi, logistik, hingga layanan cloud, terbukti menopang kejahatan perang dan genosida yang dilakukan Israel di Gaza.
PBB menegaskan perlunya akuntabilitas dan seruan agar perusahaan-perusahaan ini segera menghentikan seluruh aktivitas yang memperkuat pendudukan ilegal dan praktik genosida di Palestina. Jika tidak, baik perusahaan maupun eksekutifnya berisiko menghadapi tuntutan hukum pidana internasional.