Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 19 November 2025 17:40
Jakarta: Harga Bitcoin (BTC) sempat terkoreksi dan menyentuh level USD89 ribu yang mencatat level terendah dalam tujuh bulan terakhir pada Selasa, 18 November 2025. Penurunan ini terjadi di tengah kombinasi tekanan teknis, arus keluar dari ETF Bitcoin di Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya kekhawatiran pasar terkait rencana tarif baru pemerintahan AS.
Selama empat hari berturut-turut, ETF Bitcoin di AS mencatat arus keluar dari total kepemilikan 441 ribu BTC menjadi sekitar 271 ribu BTC. Puncaknya, terjadi redemption lebih dari USD800 juta dalam satu hari. Situasi ini menambah tekanan jual, terutama setelah harga bitcoin gagal bertahan di atas area USD92 ribu dan turun melewati batas psikologis USD90 ribu.
Sentimen pasar kian tertekan oleh rencana tarif hingga 500 persen yang diajukan Presiden AS Donald Trump kepada negara-negara yang masih melakukan perdagangan dengan Rusia. Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran baru di pasar global, terutama pada aset berisiko seperti kripto. Sejumlah altcoin besar turut terkoreksi, sementara indeks Fear & Greed merosot ke zona 'extreme fear'.
Per hari ini, Rabu, 19 November 2025, bitcoin mulai menunjukkan tanda penguatan seiring ekspektasi likuiditas yang membaik di AS, terutama setelah The Fed berencana menghentikan penurunan neracanya dan membuka opsi operasi repo yang bisa menambah cadangan dana ke sistem keuangan.
Namun, tekanan makro masih menahan langkah bitcoin untuk naik lebih jauh. Sentimen pasar tetap rapuh akibat inflasi yang belum jinak, sektor properti dan otomotif yang melemah, serta ketidakpastian menjelang keputusan suku bunga The Fed pada 10 Desember 2025.
Di saat bersamaan, regulator AS ikut menjadi perhatian setelah SEC tidak lagi menempatkan aset kripto sebagai fokus utama dalam prioritas pemeriksaan 2026. Fokus lembaga tersebut kini bergeser ke kewajiban fidusia, keamanan siber, privasi data, serta risiko teknologi seperti AI.
Meski begitu, SEC menegaskan aset kripto tetap bisa masuk dalam pemeriksaan jika dinilai memiliki tingkat risiko yang tinggi, sehingga pengawasan terhadap industri ini belum benar-benar hilang.
Di sisi lain, koreksi ini tidak menandai dimulainya tren bearish baru. Tekanan saat ini lebih disebabkan oleh likuiditas pasar yang mengetat, rotasi antar investor besar, serta pelemahan sentimen akibat ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed. Penundaan rilis data ekonomi penting seperti CPI dan laporan tenaga kerja Oktober 2025 akibat shutdown AS juga menjadi salah satu faktor yang menahan kepercayaan investor jangka pendek.
| Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok hingga di Bawah USD100 Ribu, Investor Harus Apa? |
